PKW Tekun Tenun Ciptakan Tenun Gebeng Ramah Lingkungan dengan Pewarna Alami
Ogan Ilir, Ditjen Vokasi - Indonesia memiliki kekayaan budaya yang melimpah, termasuk dalam keberagaman kain tradisional yang unik. Salah satu kain tradisional yang menarik perhatian adalah tenun gebeng.
Pelestarian tenun tersebut pun terealisasi melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun. Program tersebut merupakan program kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas).
Tidak hanya melestarikan kebudayaan lokal tetapi PKW Tekun Tenun di Ogan Ilir, Sumatra Selatan pun turut menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Instruktur PKW Tekun tenun mengajarkan peserta didik dengan menggunakan pewarnaan alami untuk pembuatan tenun gebeng.
“Sudah saatnya kita meninggalkan pewarna sintetis dan beralih ke pewarna alami yang ada di sekitar kita,” tegas Ramaini selaku instruktur pewarna alami PKW Tekun Tenun di Ogan Ilir.
Selain menjadi instruktur, Ramaini sukses menjadi pebisnis tenun dan kerajinan yaitu Rumah Kain. Tidak mau usahanya berhenti pada dirinya sendiri, Ramaini juga berbagi ilmu dan mengajarkan ke generasi penerus agar bisa membuat produk nusantara yang memiliki kualitas tinggi sekaligus ramah lingkungan. Dengan begitu, alumni PKW 2022 bisa meningkatkan kualitas produk yang tidak memiliki dampak buruk terhadap lingkungan.
Salah satu yang sudah menerapkan pewarnaan alami ini adalah Uci Monica. Gadis 20 tahun asli Ogan Ilir itu pun menyampaikan bahwa materi mengenai pewarnaan alami yang diajarkan pada PKW Tekun Tenun sangat membantunya dalam membuat tenun gebeng menjadi lebih cantik.
“Kami belajar pewarnaan alami, mulai dari mewarnai pencelupan, penjemuran, dan pengeringan benang, peserta lakukan sendiri didampingi dengan Bu Ramaini sebagai instruktur,” tutur Uci.
Dalam pembuatan tenun gebeng, pewarnaan alami tersebut diaplikasikan pada benang. Benang yang diwarnakan pun disesuaikan dengan jenis bahan alami. Ada beberapa kayu atau bunga yang bisa dibuat menjadi pewarna alami. Contohnya kayu secang untuk menghasilkan warna orange/kuning/pink/ungu, kayu teger dan kayu tinggi yang menghasilkan warna coklat. Sementara untuk menghasilkan warna biru bisa menggunakan indigofera. Mahoni pun bisa menghasilkan warna coklat oranye, getah gambir menghasilkan warna merah kecoklatan dan hijau kehitaman. Bahkan kulit manggis bisa untuk menghasilkan warna kuning.
Setelah dilakukan pewarnaan lalu dibilas dan dijemur, benang tersebut perlu dicelupkan pada pengunci warna. Biasanya, Uci pun menggunakan kapur atau tawas. Setelah dicelupkan pada cairan tersebut, warna pada benang tidak akan luntur sehingga benang sudah siap ditenun.
Dalam membuat satu kain tenun gebeng, Uci bisa menghabiskan waktu sampai 3 hari. Dari hasil tenunnya tersebut ia bisa menghasilkan minimal Rp1 juta rupiah dalam satu kain sesuai dengan motif dan kerumitan pembuatan tenun.
“Saya biasa jual ke pasar atau ke pihak Dekranasda selaku pembina rintisan usaha. Kalau dihitung, sebulan saya bisa menghasilkan kurang lebih Rp4-5 juta,” tutur Uci.
Bukan Uci Monica saja, hampir 100% rintisan usaha PKW Tekun Tenun 2022 menggunakan pewarna alami untuk tenun gebengnya. Melalui hal tersebut lah, PKW 2022 pun turut berdampak positif terhadap lingkungan karena menghadirkan lulusan yang menghasilkan produk ramah lingkungan serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. (Zia/Cecep)