Peran Pendidikan Vokasi dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Peran Pendidikan Vokasi dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Badung, Ditjen Vokasi – Dalam rangka mendukung pengimplementasian ESD-Net 2030 di kawasan Asia-Pasifik, UNESCO menyelenggarakan pertemuan regional tentang Education for Sustainable Development (ESD) di Badung, Bali pada 12 s.d. 14 Juni 2023.


ESD didefinisikan sebagai pendidikan yang mendorong perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, serta sikap untuk memungkinkan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan adil bagi semua. ESD merupakan elemen integral dari agenda pembangunan berkelanjutan 2030 yang bertujuan untuk memberdayakan dan melengkapi generasi sekarang dan masa depan guna memenuhi kebutuhan mereka dengan menggunakan pendekatan yang seimbang dan terpadu untuk dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan dari pembangunan berkelanjutan.

 

Sebagai bentuk dukungan untuk negara-negara dalam implementasi ESD tahun 2030, UNESCO telah meluncurkan jaringan global baru yang diberi nama ESD-Net 2030. Jaringan ini bertujuan untuk memfasilitasi implementasi kerangka kerja ESD tahun 2030 dan peta jalannya dengan menyediakan platform pertukaran dan kolaborasi yang diselenggarakan sesuai empat tujuan utamanya yakni berbagi pengetahuan dan saling belajar, advokasi, kolaborasi, serta pemantauan dan evaluasi.


Pertemuan Asia-Pasifik ESD-Net 2030 merupakan bagian dari kegiatan ESD-Net 2030 global yang diselenggarakan oleh kantor regional multisektoral UNESCO di Bangkok bekerja sama dengan kantor regional multisektoral UNESCO di Jakarta di bawah bimbingan Kantor Pusat UNESCO. Pertemuan ini didukung oleh Pemerintah Jepang melalui Japanese Fund-in-Trust (JFIT) dan diselenggarakan bersama oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia.

Pertemuan ini merupakan peristiwa penting bagi negara-negara dan pemangku kepentingan ESD di kawasan Asia Pasifik untuk mencatat kemajuan dalam pengembangan dan penerapan ESD untuk Inisiatif Negara 2030 serta untuk memperkuat pertukaran dan kolaborasi melalui ESD-Net 2030. Pertemuan ini sekaligus untuk memastikan sinergi dengan proses ESD di kawasan lain dan mengarah ke pertemuan Global ESD-Net di Jepang pada Desember 2023.


Pertemuan regional ESD-Net 2030 akan mempertemukan Kementerian Pendidikan dan mitra strategis di tingkat regional dan nasional untuk memperkuat sinergi dan memperluas kolaborasi lintas sektoral dari proyek dan inisiatif ESD yang ada, inisiatif negara ESD lebih lanjut, mendiskusikan bagaimana negara dapat memanfaatkan jaringan global baru pemangku kepentingan pendidikan ESD-Net 2030, serta Greening Education Partnership (GEP) untuk mendukung inisiatif negara.


Chief of Section for Educational Innovation and Skills Development (EISD) based at UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education, Bangkok, Libing Wang, menyampaikan bahwa UNESCO Bangkok menyelenggarakan pertemuan regional ini bersama dengan Kantor Regional Multisektoral UNESCO di Jakarta sebagai inisiatif penting dari ESD Net 2030. 


“Saat kita berkumpul dalam lingkungan sipil ini, kita diingatkan akan pentingnya melestarikan lingkungan kita dan mengatasi masalah yang saling terkait. Tantangan global yang kita hadapi saat ini termasuk perubahan iklim, degradasi lingkungan, kemiskinan, konflik kekerasan, ketidaksetaraan, dan ketidakadilan sosial,” tutur Libing Wang.


Libing Wang menegaskan bahwa urgensi acara ini adalah tindakan nyata yang akan dilakukan dalam mengatasi segala perubahan baik iklim dan lingkungan. Inisiatif negara dan pertemuan hari ini untuk melanjutkan momentum menuju aksi untuk pendidikan demi pembangunan berkelanjutan.


Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek, Iwan Syahril, menuturkan bahwa pendidikan sejatinya adalah pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap kepada peserta didik agar dapat mengatasi tantangan global yang saling terkait. Saat ini Indonesia tengah fokus untuk mentransformasi pendidikan. Transformasi pendidikan yang dilakukan sangat berkaitan dengan ESD di mana proses pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri dan benar-benar menjadikan mereka relevan dengan tantangan masa depan saat ini. 


“Ada tiga hal yang kami soroti terkait transformasi pendidikan, pertama mengalihkan fokus ujian nasional berbasis teori menjadi lebih fokus pada kompetensi dasar, literasi, dan karakter. Kedua adalah mengubah kurikulum. Saat ini kami memiliki kebijakan Kurikulum Merdeka dan Emansipasi Kebijakan di mana dalam kebijakan ini kami mengurangi 30 hingga 40% konten dari kurikulum sebelumnya dalam kurikulum baru ini untuk memungkinkan orang mempelajari lebih dalam. Ketiga, kami mengizinkan guru untuk lebih fleksibel dalam cara mereka mengajar,” ucap Iwan.



Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Saryadi, menyampaikan bahwa filosofi ESD berakar pada konsep belajar sepanjang hayat. Filosofi ini selaras dengan kebijakan Kampus Merdeka Indonesia yang mempromosikan pendekatan pendidikan yang holistik dan fleksibel. Kurikulum ini berfokus pada keterampilan praktis dan kompetensi yang berkaitan dengan keberlanjutan, seperti teknologi energi terbarukan, pengelolaan limbah dan praktik ramah lingkungan dengan menekankan pengalaman langsung dan penerapan praktik berkelanjutan di dunia nyata.


Di Indonesia, program Technical Vocational Education and Training (TVET) memainkan peran penting dalam mengintegrasikan ESD ke dalam Kurikulum Merdeka. Kurikulum TVET menggabungkan keterampilan dan kompetensi praktis yang terkait dengan keberlanjutan, seperti teknologi energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan praktik ramah lingkungan. 


“Dengan adanya program TVET di Indonesia, siswa bisa mendapatkan pengalaman langsung dan penerapan praktik berkelanjutan di dunia nyata. Mereka juga dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Tak hanya itu, melalui program ini siswa diajarkan terkait pelestarian lingkungan sehingga diharapkan mereka akan semakin sadar akan pentingnya menjaga alam,” ucap Saryadi. 


Terdapat program Sekolah Adiwiyata, di mana program ini bertujuan untuk mengapresiasi sekolah-sekolah yang menerapkan ESD dalam sistem pendidikannya. Sekolah adiwiyata diharapkan mampu mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Pada tahun 2022 terdapat 7 SMK yang mendapatkan gelar sekolah adiwiyata dengan kategori nasional dan kategori mandiri.


“Ada beberapa kisah sukses dari sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi kejuruan di Indonesia dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDG). Misalnya SMK PGRI 2 Badung dengan pembuatan kendaraan elektriknya, SMK Restumuning dengan pengolahan stroberi menjadi selai, dan Politeknik Negeri Bali dengan program energi terbarukan. Kontribusi yang telah dilakukan sebagai upaya untuk membina membina pendidikan yang berkualitas dengan tetap memperhatikan lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan,” ucap Saryadi.