PENS Luncurkan Aplikasi Pendeteksi Serangan Siber Resmi

PENS Luncurkan Aplikasi Pendeteksi Serangan Siber Resmi

Surabaya, Ditjen Vokasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) meluncurkan aplikasi Mata Elang. Aplikasi ini mampu digunakan untuk melakukan monitoring keamanan siber. 


Mata Elang merupakan sebuah aplikasi pendeteksi serangan siber berlisensi Open Source GPLv3.0 yang dikembangkan oleh Grup Riset Keamanan Siber, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Aplikasi MATA ELANG versi 1.1. (ME v1.1) ini merupakan update dari versi sebelum, yakni ME v1.0 yang dirilis pada tahun 2021 lalu.  




Dosen Departemen Teknik Informatika dan Komputer (DEPTIK) sekaligus Koordinator Developer Project Mata Elang, Ferry Astika Saputra, mengatakan bahwa pengembangan aplikasi ini merupakan hasil kolaborasi riset bersama atau kerja bareng antara PENS, id-CARE Universitas Indonesia, yaitu Prof. Kalamullah Ramli, Dr. Muhammad Salman, dan Dr. Gde Dharma. 


“Riset pengembangan aplikasi ini didukung juga dari pihak JICA yang memang sangat mendukung riset ini sejak di Fakultas Teknik Universitas Indonesia,” kata Ferry. 


Pengembangkan aplikasi ini sendiri mulai dikerjakan selama 5 bulan lalu, yakni sejak September 2022. Meskipun demikian, riset pengembangan Mata Elang sendiri sebenarnya sudah secara kontinu dilakukan di PENS sejak 8 tahun lalu. 


Selain Ferry, dosen lain yang terlibat dalam pengembangan Mata Elang adalah Fadhil Yori Hibatullah, Muhammad Izzat, Muhammad Alfiyan Syamsuddin, M. Imam Prajitno, dan Muhammad Rifki Yuda Pratama. 


“Kami memperbaiki tampilan visualisasi data serangannya sehingga jauh lebih informatif. Nah, infonya menampilkan lebih banyak tentang serangannya, misalnya peta serangan, peta rutenya antara penyerang, dan sasaran serta detail serangan. Sementara itu, versi yang sebelumnya, Mata Garuda, menampilkan grafik/chart alamat serangan,” imbuhnya. 


Jumlah dan jenis serangan dalam 24 jam dapat tervisualisasi dengan jelas. “Silakan diperhatikan saat membuka aplikasi ini. Dapat tertangkap lebih dinamis baik gambar maupun datanya. Misalnya, saat kita ingin mengetahui serangan DDOS, sumbernya dari mana dan arahnya ke mana saja. Kita bisa lebih spesifik membatasi ke wilayah/scope-nya melalui peta serangan,” terang Ferry. 




Sebelumnya pada tahun 2016, Laboratorium Jaringan Komputer DEPTIK PENS dan IDSIRTII/CC telah mengembangkan aplikasi sejenis. Aplikasi ini diberi kode nama Mata Garuda yang digunakan oleh IDSIRTII/CC dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sejak tahun 2016, untuk monitoring traffic internet di 12 NAP di Indonesia.  


Selanjutnya, proyek open source berikutnya, yaitu ME v2.0 akan dimulai pengembangannya di pertengahan tahun 2023. “Untuk itu kami mohon doanya agar ke depan project ini dapat berjalan dengan lancar dan membawa manfaat untuk semua lapisan masyarakat,” harap Ferry.


Ferry sendiri sempat melakukan user acceptance testing dengan pihak JICA dan UI di Fakultas Teknik Elektro UI, Depok selama 2 minggu hingga akhirnya per 1 Maret 2023. Aplikasi Mata Elang ini dapat dimanfaatkan oleh publik secara bebas di media https://github.com/mata-elang-stable.


Sebagai informasi, Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan risiko yang cukup tinggi terhadap kejahatan siber. Berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara, sepanjang tahun 2021 tercatat lebih dari 800 juta ancaman siber di Indonesia. Jumlah tersebut setara dengan 42 ancaman per-detik. (PENS/Nan/Cecep Somantri)