Mendeteksi Jantung Hingga Pelosok Negeri

Mendeteksi Jantung Hingga Pelosok Negeri

Surabaya, Ditjen Vokasi - Antrean panjang pasien penyakit jantung di rumah sakit menjadi inspirasi bagi dosen Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Riyanto Sigit untuk mengembangkan Portable Ultrasound, sebuah alat pemeriksaan jantung portable yang lebih murah dan fleksibel untuk dibawa ke mana pun. Penggunaan alat ini juga dapat mendekatkan layanan pemeriksaan jantung ke masyarakat di daerah pedalaman yang jauh dari akses kesehatan seperti rumah sakit.

"Selama ini untuk check jantung pasien yang harus datang ke ruangan khusus ultrasound. Dalam kondisi tertentu seperti pasien kritis itu akan sulit dilakukan. Apalagi wilayah Indonesia dengan berbagai kondisi geografisnya juga membuat tidak semua masyarakat bisa mengakses layanan kesehatan seperti rumah sakit,” terang Riyanto Sigit  tentang alasannya mengembangkan Portable Ultrasound. 


Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan ada sekitar 17 juta kematian per tahun akibat penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung. Jumlah tersebut merupakan 31 persen dari seluruh total kematian di dunia. Angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga 23 juta kematian per tahun di 2030. Di Indonesia, penyakit jantung juga telah membebani keuangan negara dengan total dana BPJS yang keluarkan mencapai Rp10 triliun per tahunnya.

 

Kasus penyakit jantung tidak hanya ditemukan pada usia tua. Tren menunjukkan peningkatan usia penyakit jantung pada usia yang lebih muda. Oleh karena itu pemeriksaan jantung secara berkala menjadi hal penting untuk mendeteksi keberadaan penyakit tersebut sedini mungkin sebelum berdampak fatal dan menyebabkan kematian. 


Portable Ultrasound sendiri merupakan alat pemeriksaan jantung portable yang dapat melakukan pemindaian area dada pasien menggunakan alat ultrasound. Alat ini dikembangkan oleh Riyanto dan timnya yang tergabung dalam Tim peneliti bidang Biomedis PENS. Pengembangan alat ini dilakukan melalui program Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi. 


Selain Riyanto Sigit sebagai ketua, tim ini terdiri dari  Tita Karlita (Dosen PENS) dan Taufiq Tidayat (dokter dan peneliti dari RS Unair). Pengembangan alat ini juga menyertakan dua mahasiswa PENS, yakni  Moh. Johan dan Churun In.  


Solusi Bagi Masyarakat 


Alat pemeriksaan jantung portabel ini memiliki sejumlah keunggulan, mulai dari harga yang lebih murah, diagnosa yang lebih presisi, hingga daya jangkauan pemeriksaan terhadap pasien jantung yang lebih luas dan fleksibel.  Saat ini harga per unit perangkat Ultrasound menyentuh kisaran Rp1-2 miliar. Karena harganya yang cukup tinggi, fasilitas ini biasanya tersedia di rumah sakit besar dengan intensitas pemakaian yang lumayan tinggi. Sementara itu, kisaran harga yang ditawarkan pada perangkat Portable Ultrasound hanya sekitar Rp120 jutaan dengan daya jangkau layanan pemeriksaan yang lebih luas.  


"Alat ini dapat menjadi solusi untuk layanan pemeriksaan jantung. Dibandingkan dengan ultrasound yang ada di rumah sakit, dimensi alat ini relatif lebih ringkas dan memungkinkan dibawa berpindah-pindah serta harganya yang relatif murah sehingga terjangkau untuk rumah sakit kecil atau puskesmas-puskesmas di pedesaan,” kata Riyanto.  


Cara kerja Portable Ultrasound ini dimulai dari pemindaian area dada pasien menggunakan alat ultrasound. Pasca pemindaian, akan diperoleh data berupa video jantung yang diambil dari berbagai sudut pemeriksaan.  


Data yang sudah diperoleh tersebut kemudian akan dikirimkan melalui komunikasi wireless dengan smartphone. Berikutnya hasil video tersebut dikirimkan ke PC dengan komunikasi USB.  


“Setelah data diterima akan dilakukan preprocessing dan segmentasi. Dan di tahap ini gambar atau citra yang bebas dari noise sangat dibutuhkan  guna mempertajam kualitasnya,” kata Riyanto yang sudah mengantongi paten atas risetnya.


Hasil segmentasi yaitu diperoleh area kontur rongga jantung dengan tingkat akurasi rata-rata 86,6%, yang mana hasilnya akan digunakan untuk melakukan pelacakan jantung. Hasil segmentasi yang cepat dan akurat akan memudahkan pengguna untuk mengobservasi kondisi jantungnya sendiri, apakah dalam kondisi normal atau tidak. 


Ke depan Riyanto masih ingin mengembangkan beberapa riset biomedis yang berhubungan dengan deteksi jantung, terutama untuk mengembangkan Portable Ultrasound. Salah satunya adalah akan melakukan perubahan kemasan atau packaging.  



“Saya ingin mengubah dimensinya menjadi seukuran koper atau laptop sehingga semakin memudahkan pelayanan kepada pihak pasien maupun perawat yang bertugas. Dan tentunya dengan kapasitas gambar yang lebih baik lagi. Semoga semua bisa terwujud di tahun depan,” imbuh Riyanto. (PENS/Nan/Cecep Somantri)