Pendapatan Naik 80%, Rafly Dapatkan Kehidupan Lebih Baik dengan Kursus Perhotelan

Pendapatan Naik 80%, Rafly Dapatkan Kehidupan Lebih Baik dengan Kursus Perhotelan

Badung, Ditjen Vokasi - Pendidikan vokasi tidak hanya mempersiapkan peserta didik memiliki kompetensi, tetapi juga menawarkan kehidupan yang lebih baik, termasuk di kursus dan pelatihan. Lembaga kursus dan pelatihan (LKP) sebagai satuan pendidikan vokasi menjadi jembatan untuk Muhammad Rafly Pria Ramadhan untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang lebih layak.


Selepas lulus sekolah menengah, Rafly harus menunda pendidikan ke perguruan tinggi karena bekerja untuk membantu keluarga. Setelah bekerja sebagai waiters beberapa bulan, ia pun merasa butuh meningkatkan keterampilan sehingga ia bisa mendapatkan penghasilan yang lebih. 


“Itulah alasan saya ikut kursus reguler di LKP Via English Course. Karena saya awalnya bukan dari pendidikan vokasi di SMK, saya belum tahu ilmunya,” jelas Rafly mengungkapkan alasannya ikut kursus.


Senang dunia hospitality, membuat Rafly serius menekuni kursus perhotelan di LKP tersebut. Dalam waktu kurang lebih tiga bulan, ia pun mulai merambah ke dunia tersebut secara lebih lengkap. Ia menjelaskan, tidak hanya tentang keramahtamahan yang ia pelajari, tetapi juga keterampilan teknis, seperti housekeeping, F&B, front office, bahkan sampai dengan manajemen perhotelan. 


Menurut Rafli, ada beberapa hal yang sebelumnya tidak ia ketahui, namun setelah mengikuti kursus, ia pun menjadi tahu hal tersebut. Sebagai contoh, dahulu ia belum mengetahui bagaimana tata krama fine dining


Rafli menjelaskan, “Bagaimana set table untuk fine dining itu tak sembarang. Ternyata yang saya lakukan di tempat kerja yang dulu itu kurang baik dan saya baru tahu contohnya setelah ikut kursus.”


Berasal dari Daerah 3T Bisa Keliling Indonesia


Kesungguhan dan ketekunan Rafly dalam belajar membuahkan hasil. Setelah pelatihan, ia berhasil magang di PT Pelni dan kini telah melanjutkan kontrak sebagai pekerja selama 6 bulan. Ia berkesempatan untuk bekerja di Kapal KM Binaiya dengan jabatan perbekalan dan pelayanan (P2).


Bekal selama kursus membuat ia bisa beradaptasi lebih cepat di dunia kerja. Nilai uji kompetensi yang ia dapatkan dengan sempurna, dapat ia praktikkan secara nyata.


“Dulu uji kompetensi housekeeping juga, dan itu relevan dengan pekerjaan saya di kapal yang mana membersihkan kamar mualim/perwira dan menurunkan sprei yang kotor ke tempat washman/laundry,” jelas Rafly.


Perubahan yang terasa berdampak besar bagi Rafly juga terlihat dari finansial yang membaik. Sebelum kursus, ia mendapatkan penghasilan di bawah UMK kota asalnya. Tetapi, setelah bekerja di Pelni, ia mendapatkan penghasilan belum dengan bonus dan tunjangan sekitar Rp7 juta. Ia pun bisa membantu keluarganya di Tembilahan, sebuah kecamatan di ujung Riau.


Tak hanya itu, bekerja di kapal juga turut mewujudkan mimpi pemuda berusia 23 tahun tersebut. Berasal dari sebuah kampung dan termasuk daerah 3T, ia bisa keluar dari kampung tersebut dan turut melihat dunia yang luas. Kapal KM Binaya membawanya keliling Indonesia, khususnya ke daerah timur, mulai dari Makassar sampai dengan Labuan Bajo


Home base-nya di Benoa, Badung, Bali. Dan saya berkeliling setiap minggu,” ungkap Rafly.


Berada di titik ini, membuat Rafly bersyukur karena ia telah menempuh pendidikan vokasi lewat kursus dan pelatihan. Ia pun berencana untuk meneruskan karier di kapal pesiar, sehingga bisa menempuh karier internasional. (Zia/Cecep)