Omzet Tembus 3,2 Miliar, Orange Knowledge Programme Sukses Tingkatkan Kualitas SMKN 2 Subang
Subang, Ditjen Vokasi – Sekolah yang dulu minim fasilitas pembelajaran kini berubah drastis, bahkan omzet pada tahun 2022 tembus di angka 3,2 miliar.
Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Kualitas sumber daya manusia (SDM) bidang pertanian bisa dibentuk melalui pendidikan vokasi pada jenjang SMK.
Dalam rangka merevitalisasi SMK bidang pertanian, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibukristek) bekerja sama dengan Pemerintah Belanda dalam program Orange Knowledge Programme (OKP). Kerja sama ini mengenai Revitalization TVET in the Agricultural Sector. Salah satu penerimanya ialah SMKN 2 Subang, Jawa Barat.
Kepala SMKN 2 Subang, Ramlis, menuturkan bahwa kerja sama SMKN 2 Subang dengan Pemerintah Belanda telah dijalin sejak tahun 2018 hingga tahun 2020. Kerja sama selama 3 tahun ini memberikan dampak yang sangat signifikan bagi perkembangan SMKN 2 Subang khususnya bidang pertanian.
“Kerja sama ini meliputi empat pilar, yakni kelembagaan, pengembangan kurikulum, meningkatkan kompetensi pendidik dan kependidikan, serta pembangunan infrastruktur. Kerja sama ini memberikan dampak yang besar bagi SMKN 2 Subang. Kami mendapatkan bantuan selama dua periode, di mana setiap periodenya kami mendapat dana sebesar 3 miliar. Dana tersebut dibelanjakan untuk program yang telah disusun guna merealisasikan empat pilar yang telah dicanangkan,” tutur Ramlis.
Melalui pelaksanaan OKP, Pemerintah Belanda banyak memberikan pelatihan untuk SMKN 2 Subang. Salah satu ilmu yang diterima oleh SMKN 2 Subang ialah terkait pembelajaran berbasis proyek atau project based learning (PBL).
Penanggung jawab kerja sama dari SMKN 2 Subang, Eti Rohayati, menyampaikan bahwa banyak pelatihan yang diberikan dari Belanda. Pelatihan-pelatihan ini mendorong seluruh pihak SMKN 2 Subang untuk berinovasi.
“Banyak sekali materi yang kami dapatkan, salah satunya pembelajaran berbasis proyek. Kami diajari mulai dari membuat, mengolah, mengemas, hingga memasarkan sebuah produk. Dari ilmu ini pikiran kami pun jadi terbuka karena siswa juga bisa langsung praktik dan menghasilkan produk di mana produk itu bisa langsung dijual. Secara tidak langsung mereka juga belajar berwirausaha,” ucap Eti.
Produk-produk yang dihasilkan oleh bidang pertanian SMKN 2 Subang kemudian dipasarkan ke masyarakat sekitar, sekolah-sekolah, dan supermarket baik yang ada di Jawa Barat dan di luar Provinsi Jawa Barat. Dalam setahun penjualan produk bidang pertanian SMKN 2 Subang mampu mendapatkan keuntungan sekitar 50—60 juta.
“Kami mulai memikirkan cara untuk mengolah penghasilan dari produk-produk yang kita jual supaya transaksi yang kami lakukan sah dan aman. Akhirnya kami pun mengajukan BLUD agar pengolahannya terhimpun menjadi satu. Setelah SMKN 2 Subang mendapatkan SK BLUD seluruh hasil penjualan produk baik dari pertanian ataupun jurusan lainnya dikelola oleh BLUD,” tutur Eti.
Ramlis menambahkan bahwa pengajuan BLUD ini merupakan salah satu dampak baik dari OKP, di mana salah satu pilarnya ialah penguatan kelembagaan. Melalui pembelajaran PBL, SMKN 2 Subang diajarkan untuk menghasil produk yang bernilai jual. Guna memaksimalkan pemasaran dan pengolahan produk tersebut maka dibutuhkan BLUD supaya lebih meyakinkan masyarakat dan bisa lebih tertata dalam pengelolaan penghasilan.
“Pada tahun 2022 BLUD SMKN 2 Subang mengelola omzet sebesar 3,2 miliar. Omzet ini bukan hanya penghasilan dari Jurusan Pertanian saja, tetapi ada produk-produk dari Jurusan Peternakan, Mesin, dan lainnya,” tutur Ramlis.
Kesan Alumni SMKN 2 Subang
Program kerja sama ini tentunya tidak hanya berdampak pada peningkatan jumlah bangunan saja tetapi juga meningkatkan kualitas dari siswa-siswinya. Melalui program ini, Pemerintah Belanda membiayai beberapa civitas academica Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, SMKN 2 Subang untuk studi visit ke Belanda.
Ratna Komala, alumnus Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, SMKN 2 Subang, menuturkan bahwa pada tahun 2019 ia berkesempatan untuk belajar terkait pertanian di Belanda. Banyak ilmu yang ia dapatkan setelah belajar di Belanda.
“Saya di Belanda selama 15 hari di sana saya banyak belajar terkait pertanian di Belanda. Teknologi yang digunakan di sana sangat canggih sehingga dapat meningkatkan kualitas produk pertanian,” ucap Ratna.
Pasca melakukan studi visit di Belanda, Ratna pun membagikan ilmunya kepada teman-teman jurusannya. Selain itu Ratna juga menerapkan salah satu teknologi pertanian yang digunakan di Belanda, yakni penggunaan alat otomasi pertanian dalam pembelajaran di SMKN 2 Subang. Penggunaan alat ini dapat mengefisienkan waktu dalam memelihara tanaman.
Sementara itu, Reyhan D. Ramadani, alumnus Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, juga menuturkan bahwa banyak dampak baik yang ia rasakan dari kerja sama ini.
“Dulu fasilitas pembelajaran di sini masih minim sehingga kami pun jarang praktik langsung kalau ditimbang mungkin 70% teori dan 30% praktik. Akan tetapi, setelah SMKN 2 Subang bekerja sama dengan Belanda berdampak pada jumlah fasilitas belajar misalnya green house, tempat pengolahan hasil panen, dan sebagainya sehingga bobot materi yang kami terima pun seimbang tidak besar ke teori saja,” tutur Reyhan.
Fasilitas yang memadai membuatnya semakin antusias dalam belajar bahkan ia pun menularkan ilmu yang didapatkan di sekolah kepada petani-petani di sekitar tempat tinggalnya.
“Ilmu yang saya dapatkan ini kemudian dibagikan ke sesama meskipun masih dalam lingkup yang kecil. Selain itu saya juga mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari pelatihan-pelatihan di sekolah untuk mengolah lahan milik orang tua. Saya ingin menunjukkan ke teman-teman sebaya saya bahwa menjadi petani milenial itu mengasyikkan. Tanpa adanya petani maka ketahanan pangan dunia akan terancam,” pungkas Reyhan. (Aya/Cecep)