Narasi Positif Pendidikan Vokasi Harus Diperkuat
Bogor, Ditjen Vokasi - Ada kebutuhan peningkatan awareness terhadap pendidikan vokasi untuk dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap pendidikan vokasi. Perpres Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi serta beragam perubahan yang terjadi di masyarakat dan dunia kerja saat ini bisa menjadi momentum tepat bagi pendidikan vokasi untuk menggulirkan berbagai cerita baik melalui berbagai kanal informasi sehingga vokasi bisa menjadi diskursus di ruang-ruang publik sekaligus meningkatkan awareness publik.
Persepsi “bekerja” yang selama ini melekat kuat pada pendidikan vokasi justru bisa dikapitalisasi menjadi sebuah narasi positif untuk membangun awareness dan menjadikan vokasi sebagai topik perbincangan di ranah publik. Narasi “bekerja” dinilai relevan seiring dengan adanya perubahan pada masyarakat dan geliat di kalangan generasi muda (gen Z) tentang berbagai ragam pilihan jenis pekerjaan dan pilihan karier mereka di masa depan, utamanya bagi mereka yang memang ingin terjun ke dunia entrepreneurship dengan menjadi seorang entrepreneur.
“Memang persepsi bekerja itu terlihat seperti kehilangan masa muda. Ini bisa meningkatkan ketertarikan masyarakat bahwa pendidikan vokasi tidak hanya untuk menghasilkan pekerja profesional, tapi juga membantu mereka yang bercita-cita sebagai entreprenuer,” kata Wartawan Senior Kompas, Ester Lince Napitupulu, dalam sesi gelar wicara tentang Persepsi Media terhadap Pendidikan Vokasi di Bogor, Jawa Barat, Kamis (23-02-2023).
Gelar wicara ini menjadi salah satu rangkaian acara Temu Humas dan Publikasi Vokasi 2023 yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bertajuk “Menjadikan Vokasi Menjadi Topik Dikursus di Ruang Publik”.
Menurut Ester, saat ini dapat bekerja sesuai passion merupakan sebuah kemewahan tersendiri, utamanya di kalangan generasi muda yang sudah mengalami banyak perubahan, baik dalam cara dan kebutuhan belajar maupun perubahan pada pilihan masa depan terkait pekerjaan maupun karier. Penguasaan keahlian melalui pendidikan vokasi juga membuat seseorang memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.
“Kenikmatan hidup itu adalah ketika mereka bisa bekerja dengan passion mereka dan mendapatkan gaji yang besar,” kata Ester.
Di sisi lain, Ester juga melihat adalah perubahan di dunia kerja, di mana perusahaan lebih mengutamakan penguasaan keahlian atau kompetensi. Tren tersebut, menurut Ester, tidak hanya terjadi pada perusahaan kelas dunia seperti Google saja, tetapi juga sudah mulai merambah ke perusahaan-perusahaan di Indonesia. Ester memberi contoh kasus pada sebuah industri animasi di Batam yang pernah ia kunjungi.
Selain memanfaatkan momentum berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat maupun di dunia industri, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, menurut Ester, juga harus memanfaatkan momentum revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi yang sedang dilakukan pemerintahan. Revitalisasi yang tidak hanya menyentuh pendidikan tetapi juga pelatihan tersebut, menurut Ester, menunjukkan adanya kebutuhan untuk seseorang melakukan upskilling dan reskilling sampai kapan pun.
“Bahkan sekelas pekerja profesional juga mereka harus terus mengupdate ilmu mereka. Ini bisa menjadi narasi tersendiri bagi pendidikan vokasi,” Ester menambahkan.
Momentum revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi tersebut, Ester melanjutkan, harus ditangkap untuk memantik diskursus vokasi di ranah publik. Berbagai program-program yang akan ditawarkan melalui revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi, atau bahkan mungkin akan banyak inovasi-inovasi pendidikan vokasi yang akan lahir melalui revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi.
Sementara itu, Eko Ardiyanto dari IDN Times menyampaikan bahwa selama ini pemberitaan positif terkait pendidikan vokasi seperti perkembangan dan praktik baik pendidikan vokasi di Indonesia, hingga keuntungan-keuntungan dalam pendidikan vokasi masih belum banyak muncul di media.
Eko juga mengingatkan bahwa zaman telah berubah, dari media cetak hingga video. Oleh karena itu, Eko menyarankan agar konten-konten terkait dengan praktik baik dan cerita sukses alumni vokasi harus lebih diperkuat melalui berbagai kanal.
“Banjiri media sosial dengan kisah-kisah positif terkait pendidikan vokasi sehingga orang akan melek dan akan aware dengan pendidikan vokasi,” kata Eko. (Nan/Cecep Somantri)