Merawat Peradaban: Mengapa Kriya dan Tekstil Tradisional Penting Dilestarikan Menurut Dirjen Pendidikan Vokasi
Surakarta, Ditjen Vokasi – Sustainable fashion kini menjadi tren global yang semakin penting dalam upaya menjaga lingkungan dan mendukung ekonomi lokal.
Di Indonesia, batik dan tenun menjadi fokus utama dalam upaya pelestarian budaya. Batik dan tenun adalah kain tradisional yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi di Indonesia. Keduanya telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda. Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, perkembangan kain tradisional nusantara mengalami naik turun.
Rendahnya minat anak muda terhadap budayanya sendiri menjadi salah satu penyebab mengapa perkembangan kain tradisional di Indonesia mengalami penurunan peminat terutama regenerasi pengrajin. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah pasti untuk mengupayakan pelestarian yang maksimal, salah satunya melalui pendidikan vokasi.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi pun mengambil langkah serius untuk mencegah degradasi budaya yang adiluhung ini. Salah satunya adalah melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun dan Kriya serta melalui pendidikan pada jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK).
Pada acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), sebanyak delapan SMK, tiga lembaga kursus dan pelatihan (LKP), serta dua alumni program PKW turut dilibatkan dalam acara tersebut. Mereka menampilkan berbagai produk kriya dan tenun.
Tidak hanya itu, para murid SMK dan alumni program PKW pun mengajarkan kepada pengunjung tentang membatik, menenun, dan membuat seni kriya keramik.
Dalam kesempatan ini, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, menyampaikan bahwa keterlibatan satuan pendidikan vokasi dalam acara tersebut merupakan bentuk kolaborasi yang positif. Pendidikan vokasi memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk berperan aktif dalam kegiatan Dekranas. Pendidikan vokasi bertujuan untuk menyiapkan peserta didik yang siap kerja dan Dekranas adalah organisasi yang membantu ke sana.
“Melalui Dekranas, hasil-hasil karya anak pendidikan vokasi akan bisa dipaparkan kepada masyarakat melalui kegiatan Dekranas. Ini kerja sama yang saling memberikan manfaat baik untuk Dekranas maupun pendidikan vokasi,” ucap Dirjen Kiki.
Menurut Dirjen Kiki, kriya dan tekstil tradisional merupakan kekayaan budaya yang tidak bisa lagi nilai dengan uang. Pendidikan vokasi harus ada di sana bukan hanya untuk melestarikan budaya itu, tetapi juga untuk memperluas jangkauan pengguna sekaligus menerapkan teknologi yang berkaitan untuk membuat kualitas produk tenun menjadi lebih baik.
Dirjen Kiki berharap, satuan pendidikan vokasi bukan hanya melestarikan, tetapi juga meningkatkan kualitas, meningkatkan keberagaman, sekaligus mengadopsi teknologi yang ada yang berpeluang baik untuk membuat kualitas produk tenun atau karya tradisional lebih baik,
“Jadi, murid pendidikan vokasi bisa mengadopsi teknologi yang ada untuk mengembangkan teknologi yang memungkinkan berpeluang baik untuk membuat produk-produk tradisional kita semakin berdaya saing. Produk lokal menurut saya tak ternilai karena sangat berharga,” pungkas Dirjen Kiki. (Aya/Cecep)