Mengungkap Peluang Film Dokumenter Produksi Anak SMK
Cimahi, Ditjen Vokasi - Ciri khas pendidikan vokasi adalah memfasilitasi siswa untuk belajar sesuai konsentrasi bidang yang dipilih. Beberapa caranya ialah dengan praktik dan project based learning (PBL), begitu pun untuk Jurusan Produksi Siaran Program Pertelevisian (PSPT) di SMK. Sebagai salah satu satuan pendidikan vokasi, SMK pun turut menghadirkan lulusan di industri siaran dan pertelevisian yang siap bekerja ke industri.
Linda Lindiawati selaku guru SMKN 1 Cimahi, Jawa Barat mengungkapkan bahwa SMK memiliki peran besar untuk menghadirkan ahli film dokumenter.
“Materi yang diajarkan di SMK kan banyak dan beragam, salah satunya adalah produksi film dokumenter,” ujar Linda.
Guru yang pernah mengikuti program Upskilling dan Reskilling di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Seni dan Budaya (BBPPMPV Senbud) mengatakan bahwa dari hasil program tersebut sangat berdampak pada pembelajaran di SMK, khususnya mengenai film dokumenter.
“Saya sering membuat project based learning (PBL) dengan anak-anak, bahkan baru-baru ini ada yang mengikuti lomba Festival Film Pelajar Jogja XIV dan sekolah kami menang juara satu untuk film dokumenter berjudul ‘Haruskah peduli?’,” jelas Linda menyatakan implementasinya terkait program yang pernah ia ikuti.
Bagi Linda, produksi film dokumenter ini dapat membuat semangat anak-anak untuk tumbuh di dunia broadcasting. Peluang yang besar pun akan anak-anak rasakan ketika mereka mulai menginjak dunia kerja dan di SMK lah, mereka dapat mempersiapkan keterampilan tersebut.
Jovanka Djaelani Purba sebagai Manager Produksi dari film berjudul ‘Haruskah Peduli?’ menyampaikan bahwa karya tersebut merupakan kolaborasi 7 siswa SMKN 1 Cimahi Jurusan PSPT serta dibimbing oleh Linda.
“Dengan pembelajaran berbasis proyek sekaligus untuk lomba, saya belajar banyak sebagai Manager Produksi, mulai praproduksi, produksi, bahkan sampai pascaproduksi,” ungkap Jovanka yang menyukai dunia perfilman sebelum memasuki SMK.
Menurutnya, dengan metode pembelajaran seperti itu, ia bisa tahu bagaimana mengatur waktu dengan baik untuk keperluan produksi film. Masih menurut Jovanka, karena film tersebut mengambil tema tentang lingkungan salah satu yang bisa dipelajari adalah pentingnya kita menjaga lingkungan di sekitar kita, khususnya sungai.
Sama halnya dengan Jovanka, Fanesha Rabani selaku Sutradara pun merasa kemenangan tersebut merupakan bonus. Hal penting yang ia pelajari adalah bagaimana mengetahui produksi film dokumenter yang menarik dan memiliki pesan.
“Masuk ke SMK adalah langkah terbaik untuk meningkatkan keterampilan saya. Di SMKN 1 Cimahi saya difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan di bidang broadcasting dan juga ikut berbagai proyek, salah satunya film dokumenter ini,” cerita Fanesha.
Dari film dokumenter tersebut, Fanesha merasa dapat merasakan secara langsung seperti apa membuat film dokumenter sesuai dengan industri. Ia pun berpendapat bahwa dengan pelatihan dan proyek yang diajarkan di SMK, akan menambah peluang sukses untuk berkarier di industri film, khususnya film dokumenter. (Zia/Cecep)