Mengenal Pesona Busana dan Riasan Bali yang Wajib Kamu Tahu
Jembrana, Ditjen Vokasi - Kekayaan budaya Bali yang kental menjadi daya tarik sendiri. Apalagi di setiap upacara adat selalu membutuhkan busana dan riasan yang memukau. Tak heran, banyak perempuan Bali yang terlihat ayu dan elegan, apalagi saat menggunakan rias.
Lembaga kursus dan pelatihan (LKP) pun menjadi tempat terbaik untuk melestarikan berbagai macam riasan tersebut melalui pembelajaran. Dalam berbusana dan berhias, adat Bali pun mengenal istilah payas. Payas adalah tata berbusana dan berias sesuai dengan adat Bali.
Ni Ketut Sumiati selaku pemimpin LKP W&W Asri, Jembrana, Bali membagikan kekayaan tata busana dan rias pengantin adat Bali.
Payas agung
Di upacara adat pengantin tentulah menggunakan payas agung. Payas jenis ini merupakan payas utama dalam pernikahan pengantin. Tak heran, busana dan riasannya pun terkesan lebih elegan dibandingkan payas lainnya. Hal ini menggambarkan kegembiraan pernikahan.
Bagi pengantin wanita, busananya memakai tapih atau sinjang prada selain warna kuning dan putih, kamen prada, sabuk toros, sabuk prada, dan selendang prada warna kuning. Sementara itu, pengantin lelaki mengenakan aksesoris berupa gelung agung dan juga memakai rumbing di telinga. Kemudian dikenakan pula badong, gelang nagasatru dan gelang kana, cincin bermata merah. Busana yang dikenakannya ialah memakai kain kancut prada, kampuh prada, dan umpal prada.
Payas madya
Berbeda dengan payas agung, payas madya tidak menggunakan beberapa aksesoris yang lengkap seperti payas agung. Ciri khas payas madya adalah dengan penataan rambut menggunakan gelung moding. Selain itu, payas madya juga menggunakan semi dari malem, serta menggunakan aksesoris rambut berupa bunga kompyong, 7 sasak lepas, dan 21 bunga sandat emas. Busananya menggunakan kamen songket asli tenun bali, serta sabuk prada belah ketupat 4 warna.
Payas madya ini digunakan saat upacara potong gigi dan ngidih. Upacara potong gigi berguna sebagai bentuk penyucian diri ketika sudah dewasa dan akan memasuki jenjang pernikahan. Sementara itu upacara ngidih sama halnya dengan melamar, yaitu ketika laki-laki meminang dan datang ke rumah calon mempelai perempuan.
Payas alit/nista
Sama seperti namanya yaitu alit, payas ini bersifat lebih sederhana dan digunakan jika ada upacara adat sehari-hari atau kegiatan di pura. Busana pada payas alit ini biasanya menggunakan kebaya dan songket saja. Riasan wajahnya terkesan lebih lembut. Sementara itu, untuk laki-laki pun hanya menggunakan kemeja putih dan dilengkapi dengan kamen serta udeng.
Setiap payas adat Bali memiliki keunikan dan simbolisme yang khas, yang merefleksikan kebijaksanaan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Melalui pelatihan di LKP, generasi muda dapat mengenal macam-macam payas adat Bali. Kamu tertarik belajar kebudayaan Bali khususnya tata rias pengantin Bali? Temukan dan pelajari ilmunya di LKP pilihanmu ya! (Zia/Cecep)