Mengenal Flute: Instrumen Tiup Pilihan Putri Ariani di SMKN 2 Kasihan

Mengenal Flute: Instrumen Tiup Pilihan Putri Ariani di SMKN 2 Kasihan

Jakarta, Ditjen Vokasi - Nama Ariani Nisma Putri atau Putri Ariani kini sedang ramai menjadi perbincangan publik setelah memperoleh golden buzzer dari Simon Cowell di ajang America’s Got Talent (AGT) musim ke-18. Putri merupakan siswi SMKN 2 Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta Jurusan Musik Instrumental dengan spesialisasi flute. 


Menurut Kepala SMKN 2 Kasihan, Agus Suranto, sejak awal masuk, Putri memang lebih memilih untuk belajar instrumen flute dibandingkan vokal yang menjadi salah satu kompetensi keahlian di sekolah tersebut. 


“Karena kalau vokal, Putri sudah bisa belajar sendiri. Jadi Putri lebih memilih untuk belajar flute,” kata Agus. 


Dikenal sebagai salah satu sekolah kejuruan di bidang musik klasik, para siswa di SMK yang dahulu dikenal sebagai Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta ini memang memberikan sejumlah pilihan instrumen sebagai program keahlian para siswanya. Para calon siswa akan melalui sejumlah tahapan seleksi terlebih dahulu untuk menentukan instrumen pilihan mereka. Selain flute yang dipilih Putri, pilihan instrumen lainnya adalah klarinet, biola, perkusi, gitar, dan lain sebagainya.


Lalu apa sebenarnya alat musik flute ini? Menurut Agus, flute atau suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik 


Suling modern untuk para ahli, menurut Agus, umumnya terbuat dari perak, emas, atau campuran keduanya, sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak atau logam yang dilapisi perak. 


Untuk bisa mempelajari alat musik ini rupanya tidak mudah. Bahkan, dalam sebuah kesempatan Putri mengatakan pernah kesulitan saat awal-awal belajar instrumen tiup ini. 


Menurut Agus, sebagai alat musik tiup, calon siswa yang masuk SMM dan memilih flute ini harus dinyatakan memiliki paru-paru yang sehat. “itu harus dibuktikan dengan hasil tes dokter,” tambah Agus. 


Selain paru-paru yang sehat, calon siswa yang mengambil instrumen flute juga akan diperiksa struktur giginya. Struktur gigi yang kurang baik biasanya akan berpengaruh pada bunyi tiupan dari flute yang dihasilkan. “Kalau ompong suaranya tidak akan bagus,” ujar Agus. 


Suling untuk konser standar biasanya ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes. 


Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar.  Suling open-holed juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun, beberapa pemain suling (terutama para pelajar dan bahkan beberapa para ahli) memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat. 


Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah.


Suling konser pada sebelum era klasik (1750) memakai suling blok, sedangkan pada sebelum era romantis (era klasik 1750-1820) mengenakan Suling Albert (kayu berlubang dan dilengkapi klep). Sejak era Romantis (1820) memakai suling Boehm (kayu hitam atau metal dilengkapi klep yang disebut juga sebagai suling Boehm, sistem Carl Boehm) atau suling saja. Khusus musik keroncong di Indonesia pada era stambul (1880-1920) memakai suling albert dan pada era keroncong abadi (1920-1960) telah memakai suling Bohm. (SMKN 2 Kasihan/Nan/Cecep)