Membekali Pelajar dengan Kecakapan Wirausaha ala SMK Wikrama Bogor

Membekali Pelajar dengan Kecakapan Wirausaha ala SMK Wikrama Bogor

Bogor, Ditjen Vokasi - Dunia pendidikan, khususnya SMK perlu membekali keterampilan kewirausahaan untuk melahirkan wirausaha muda di tengah masih tingginya angka pengangguran di Indonesia dan keterbatasan penyerapan industri. 


Hal tersebut seperti yang dilakukan di SMK Wikrama Bogor, Jawa Barat. Sekolah yang berada di daerah Bogor Timur ini mulai membekali para siswanya dengan kecakapan berwirausaha sejak siswanya masuk ke sekolah tersebut. Semua dilakukan dengan praktik-praktik ringan, seperti menjaga kantin sekolah hingga membuat student company. Melalui program tersebut, siswa praktik langsung membangun usaha, mulai dari perencanaan bisnis hingga mencari investor. 


Kepala SMK Wikrama, Iin Mulyani, mengatakan bahwa kebutuhan untuk membekali siswa dengan kecakapan kewirausahaan mulai muncul saat pandemi Covid-19 tahun 2020. Saat itu, penyerapan lulusan SMK Wikrama menurun drastis. Padahal, penyerapan lulusan SMK Wikrama Bogor selalu tinggi selama ini. Bahkan, tidak jarang mereka sudah dipesan oleh industri sebelum mereka lulus. 


“Kami mulai berpikir bahwa sudah tidak bisa lagi  hanya mengandalkan industri untuk menyerap lulusan kita,” kata Iin beberapa waktu lalu.


Sejak itulah, pihak sekolah mulai merancang model pembelajaran kewirausahaan yang dirasa cocok untuk diaplikasikan di SMK Wikrama. Pihak sekolah kemudian menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak seperti perguruan tinggi, UMKM, hingga Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bogor. 


“Kami bertemu dengan Kadin Bogor dan kami sampaikan bahwa kami ingin didampingi agar siswa kami memiliki kecakapan kewirausahaan,” kata Iin. 


Dari Jaga Kantin 


Pembelajaran kewirausahaan di SMK Wikrama mulai dilakukan sejak kelas 10. Praktik kewirausahaan dilakukan dengan cara-cara sederhana, yakni menjaga kantin sekolah. Secara berkelompok, siswa kelas 10 diminta untuk menjaga kantin sekolah bergantian. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan secara langsung praktik-praktik kewirausahaan serta membangun minat para siswa terhadap kewirausahaan. 


“Dari jaga kantin, siswa akan paham bagaimana melayani pelanggan. Mereka belajar berkomunikasi dengan supplier, menghitung pemasukan dan barang yang dikeluarkan, bagaimana restock barang dan sebagainya,” kata Iin.


Menginjak kelas dua, siswa mulai diajarkan untuk mencari ide-ide bisnis. Didampingi para mentor, siswa mulai belajar menggali ide bisnis dengan memanfaatkan  potensi yang ada di sekitar. Mereka juga sudah diajarkan untuk membaca peluang usaha. 


“Jadi, kalau misalnya di rumah mereka banyak pisang, ya mereka diajarkan untuk mengembangkan ide bagaimana agar pisang ini bisa jadi ide usaha, misalnya buat keripik pisang, selai pisang, dan sebagainya,” kata Iin. 


Di kelas 12, pembelajaran kewirausahaan siswa lebih serius lagi. Para siswa akan dibagi per kelompok.  Mereka diminta untuk membangun sebuah usaha. Jumlah setiap kelompok tidak harus sama, tetapi harus mewakili setiap jurusan dalam setiap kelompok tersebut.


“Kami ingin mereka bisa berkolaborasi dan dari sana mereka bisa memahami bahwa untuk membangun usaha diperlukan banyak hal, ada tim produksinya, marketing-nya, dan lain-lain,” kata Iin.


Pada program yang disebut student company ini siswa benar-benar akan didampingi untuk membangun sebuah usaha. Siswa akan membuat perencanaan bisnis, pengembangan produk, hingga presentasi untuk mencari calon investor untuk usaha yang akan mereka buat.


“Investor ini dari eksternal, bisa orang tua, guru, masyarakat dan sebagainya. Siswa benar-benar harus bisa menyakinkan calon investor ini, kalau ada keuntungan ya harus dibagi dengan investor ini,” ujar Iin.


Masih menurut Iin, para siswa memang sengaja diajarkan pitching karena kemampuan ini akan sangat dibutuhkan saat mereka terjun ke dunia usaha nantinya. Tahun lalu, beberapa siswa bahkan berhasil mendapatkan pendanaan dari Kadin Kabupaten Bogor untuk proyek student company-nya.


Siswa SMK Wikrama Bogor, Theodosius Dwi Hardinata atau Theo mengaku sangat termotivasi dengan pembelajaran kewirausahaan di sekolahnya. Awalnya memang ia mengaku agak keberatan saat harus menjaga kantin sekolah saat kelas 10. Akan tetapi, dari sana ia mendapatkan banyak hal baru dan termotivasi untuk memiliki usaha.


“Habis jaga kantin jadi terpikir, wah enak juga ya dagang dapat duit,” kata Theo.


Theo saat ini merupakan salah satu siswa SMK Wikrama Bogor yang sudah merilis usaha sejak masih duduk di bangku sekolah. Theo yang baru saja lulus ini memiliki usaha jual beli hardware untuk komputer yang dilakukannya secara online


“Karena saya memang menekuni dunia RPL jadi saya sudah cukup paham soal hardware komputer. Jadi kenapa tidak didalami saja  sebagai usaha,” kata Theo yang omzet usahanya sudah mencapai Rp50 juta per bulan. (Nan/Cecep)