Melambungkan Cinta Musik di Kota Gudeg

 

Yogyakarta, Ditjen Diksi – Berbekal pengalaman sekitar 14 tahun mengajar di sekolah musik, nyatanya telah membuat sosok Novita Pratika Ismayanti memberanikan diri mendirikan sekolah musik di Yogyakarta. Alasannya, “Ada beberapa hal yang membatasi kreativitas, tidak diberikan pengembangan diri karena musik dapat berkembang,” ujarnya.

Alhasil, kala dirinya bertemu dengan sang maestro musik Purwacaraka, Novita pun mengajukan pendirian sekolah musik Purwacaraka untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Meski sempat khawatir biaya yang cukup besar, namun dirinya berhasil meyakinkan Kang Purwa untuk mendirikan cabang sekolah musik di sekitar wilayah Kota Gudeg. “Alhamdulillah sudah dapat murid sejak 2004,” tuturnya.

Dari yang hanya menempati kontrakan, kini sekolah musik Purwacaraka memiliki enam cabang dengan tiga kepemilikan sendiri di wilayah Yogyakarta. “Mengurus sekolah musik susah-susah gampang. Saya berusaha membuat Purwacaraka ini berbeda dengan sekolah musik lainnya di Yogya,” ungkap perempuan yang mengaku telah memiliki hunian sendiri sejak berusia 20 tahun.

Dengan hadirnya sekolah musik tersebut di Yogya, Novita pun berkeinginan agar para muridnya dapat terus berkembang dan berprestasi di bidang musik. Dirinya pun mencoba mengombinasikan pengalamannya selama mengajar di sekolah musik terdahulu untuk diterapkan di sekolah musik Purwacaraka. “Mengurus sekolah tidak mudah, tergantung moody guru-gurunya. Jadi, harus bisa mengatur para gurunya,” terangnya.

Hingga akhirnya, Novita juga mengambil langkah antisipasi dengan merekrut guru lebih banyak guna menggantikan guru yang tidak hadir. “Saya harus punya guru pengganti karena guru musik di sini (berstatus) freelance dan mengajar sesuai jadwal yang disepakati,” jelasnya.

Kepada para pengajar, Novita juga menekankan saat siswa telah kursus selama tiga bulan sudah harus melakukan “konser mini” untuk menunjukkan bakatnya. “Ini akan memberikan kebanggaan tersendiri kepada anak atas pencapaian level tertentu,” ujarnya.

Novita pun berharap, hadirnya sekolah musik tersebut dapat meningkatkan kecintaan para siswanya yang kebanyakan berusia 6-13 tahun terhadap dunia musik. “Itu yang utama,” jelasnya.

Tak hanya siswa biasa pada umumnya, sekolah musik ini juga menyediakan layanan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Semisal, “Ada banyak autis di sini. Namun, ketika mereka bermain piano sangat bagus,” tutur sarjana jebolan Jurusan Manajemen dan Sosiatri Universitas Gajah Mada (UGM) ini.

Menyoal prestasi, para siswa binaan sekolah musik ini kerap menjuarai lomba bidang musik tingkat nasional, semisal yang diselenggarakan Direktorat Kursus dan Pelatihan dan cover lagu yang diselenggarakan oleh Ditjen Pendidikan Vokasi tahun lalu, serta ajang “Gita Pertiwi” pada 2020 yang diselenggarakan oleh Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. (Diksi/AP/NA)