Manfaatkan Potensi Lokal, Mahasiswa Polnustar Ajari Warga Buat Keripik Mangrove

Manfaatkan Potensi Lokal, Mahasiswa Polnustar Ajari Warga Buat Keripik Mangrove

Kepulauan Sangihe, Ditjen Diksi - Dengan kompetensi yang dimiliki, mahasiswa vokasi didorong untuk memberi kebermanfaatan dan berkontribusi dalam upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar mereka. Salah satunya adalah seperti yang dilakukan oleh para mahasiswa dari Politeknik Negeri Nusa Utara (Polnustar) yang berhasil memanfaatkan potensi di daerah untuk memberdayakan masyarakat. 


Bekerja sama dengan kelompok ibu rumah tangga di Kampung Bulo, Kecamatan Tabukan Selatan, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, mahasiswa Polnustar mengadakan pelatihan pembuatan keripik dari daun Mangrove. Pelatihan pembuatan keripik dari daun mangrove yang banyak di desa tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi (Prodi) Pengolahan dan Penyimpanan Hasil Perikanan (P2HP)  di Balai Kampung Bulo. 


Para mahasiswa yang terlibat merupakan mahasiswa yang tengah menjalani program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T). Mereka tergabung dalam kelompok 3 KKN-T. Program KKN-T sendiri menjadi salah satu bentuk nyata dari implementasi program Merdeka Belajar yang dikoordinasi oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M). 




Kepala P3M, Ely John Karimela, mengatakan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan keripik daun Mangrove tersebut diharapkan dapat mengasah soft skills para mahasiswa melalui kegiatan kemitraan dengan pemerintah desa, kerja sama tim, kepedulian, dan leadership mahasiswa. 


“Program ini juga sekaligus dalam rangka mendukung program pembangunan di wilayah perdesaan,” kata Ely John. 


Menurut Ely John, pembentukan kelompok usaha keripik daun Mangrove tersebut merupakan salah satu program kerja utama KKN-T kelompok 3. Tujuan dari program tersebut untuk memberikan keterampilan bagi ibu rumah tangga (IRT). Dengan demikian diharapkan para ibu dapat merintis kelompok usaha berbasis UMKM khas kampung.


“Dari kegiatan ini diharapkan dapat berdampak terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat,” tambah Ely John.


Ketua Kelompok 3, Dewi Shofya Bilqis, mengatakan bahwa pemilihan pembuatan kripik dari daun Mangrove tersebut karena melimpahnya tumbuhan mangrove jenis Rhizophora sp. di Kampung Bulo. Potensi tersebut membuka peluang besar dikembangkan menjadi sebuah produk. 



“Bagian daun Mangrove itu kaya akan mineral dan senyawa antioksidan sehingga berpotensi digunakan sebagai bahan tambahan fungsional pembuatan keripik. Apalagi, selama ini daun mangrove tersebut masih jarang sekali diolah dan dimanfaatkan oleh warga,” kata Dewi. 


“Dengan adanya kelompok usaha ini diharapkan kedepannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Desa Bulo,” tutur Dewi. 


Kelompok kerja tersebut berharap dengan terbentuknya kelompok usaha dengan produk keripik daun mangrove dapat terus berjalan dan berkembang. Kelompok usaha ini juga akan menjadi UMKM binaan Prodi P2HP, Polnustar. 


Selain dibekali cara pengolahan keripik daun mangrove, para peserta pelatihan juga diberi keterampilan mengenai teknik pengemasan dan pelabelan produk keripik sehingga menambah daya tarik produk keripik daun mangrove untuk dilepas ke pasar.


Para peserta pelatihan juga dibekali perhitungan analisis usaha sederhana untuk menentukan nilai jual ekonomis dari produk keripik daun mangrove. Keripik daun mangrove selanjutnya akan dipasarkan dengan harga jual Rp12.000,00 per kemasan 100 gram. Dari harga tersebut, warga sudah bisa mendapat keuntungan sekitar 50%.


Produk keripik daun mangrove tersebut sendiri merupakan hasil riset dosen dan mahasiswa Program Sarjana Terapan, Prodi P2HP, Polnustar yang siap diaplikasikan masyarakat. Selaku dosen pembimbing, Eko Cahyono menjelaskan bahwa tujuan dari riset tersebut agar masyarakat dapat mendapat manfaat ekonomi langsung dari tanaman mangrove, sehingga masyarakat secara aktif dapat menanam mangrove dan menjaga kelestarian hutan mangrove. (Polnustar/Nan/Cceep)