Manfaatkan Limbah Peternakan Sapi untuk Biogas, Dosen AKN Pacitan Ciptakan Biodigester Portabel
Pacitan, Ditjen Vokasi - Limbah peternakan sapi biasanya hanya dibuat sebagai pupuk kandang. Namun, limbah tersebut pun dapat bermanfaat sebagai biogas untuk kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan latar tersebut lah, dosen AKN Pacitan, Ahmad Arbi Trihatmojo, merancang biodigester portabel yang dapat mengubah limbah peternakan menjadi biogas.
Sebagai dosen Program Studi (Prodi) Pemeliharaan Kendaraan Ringan AKN Pacitan, Arbi membuat penelitian tersebut melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Arbi menjelaskan bahwa rancangannya tersebut memanfaatkan potensi limbah peternakan sapi yang ada di Pacitan, khususnya Desa Glinggangan, sebagai bahan bakar alternatif (biogas) skala rumah tangga.
Lokasi tersebut dipilih berdasarkan data ternak sapi Desa Glinggangan yang didominasi jenis sapi potong yang berjumlah 686 ekor. Dari potensi jumlah ternak sapi yang besar tersebut, pengelolaan dan pemanfaatan limbah ternak sapi di Desa Glinggangan belum optimal. Oleh karena itu, Arbi memberikan dua biodigester portabel hasil rancangannya untuk dimanfaatkan masyarakat.
“Dampak dari pembuatan alat ini dapat mensubstitusi kebutuhan energi gas untuk memasak. Selain itu, peternak dapat memanfaatkan sisa fermentasi untuk pupuk di lahan pertaniannya,” ungkap Arbi.
Berbeda dengan biodigester portabel lainnya, hasil rancangan Arbi sudah memakai sistem quick coupler untuk menghubungkan ke kompor biogasnya. Selain itu, juga terdapat manometer yang merupakan pemantau tekanan untuk memudahkan dalam monitoring terbentuknya biogas di biodigester portabel ini.
Arbi menjelaskan bahwa proses pembuatan biogas melalui biodigester ini cukup mudah. Hal pertama ialah pencampuran limbah kotoran sapi dengan air, kurang lebih 1:2 lalu dimasukan ke dalam biodigester portabel sampai 60—70% dari kapasitas biodigester. Selanjutnya ditambahkan probiotik biogas, setelah itu tutup rapat biodigester, dan di tunggu kurang lebih 2—4 minggu hingga biogas terbentuk.
“Selanjutnya dapat dilihat pada manometer tekanan untuk memastikan ada tidaknya biogas sebelum dimanfaatkan,” ujar Arbi.
Pengabdian masyarakat ini tentunya berdampak besar kepada masyarakat Desa Glinggangan. Wito, selaku warga desa tersebut menyampaikan bahwa pemanfaatan limbah di desanya masih belum optimal. Namun, semenjak pemberian alat dari AKN Pacitan pada akhir tahun lalu, sebagai peternak ia bisa memanfaatkan limbah tersebut.
“Tentunya menjadi lebih efisien. Biogasnya bisa dipakai masak oleh keluarga saya sehari-hari,” ungkap Wito.
Wito menegaskan hal itu bisa mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga sehari-hari. Ia pun mengapresiasi usaha AKN Pacitan sebagai perguruan tinggi vokasi yang berkomitmen terus memberikan pengabdian kepada masyarakat sekitar. (Zia/Cecep)