Manfaatkan Barang Bekas, SMK Bakti Praja Adiwerna Kembangkan Skuter Listrik
Tegal, Ditjen Vokasi – Limbah merupakan salah satu permasalahan yang sedang banyak diperbincangkan oleh banyak pihak. Penanganan limbah yang kurang tepat dapat memperburuk kondisi lingkungan.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu langkah inovatif yang dapat mengurai permasalahan limbah di lingkungan. Salah satunya adalah dengan mendaur ulang barang bekas menjadi barang baru yang berguna.
SMK Bakti Praja Adiwerna, Tegal, Jawa Tengah pun mengambil peran untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengembangkan skuter listrik dari barang bekas. Projek ini bermula dari keinginan untuk mengatasi masalah limbah elektronik dan mekanik yang semakin menumpuk.
Ketua Konsentrasi Keahlian Teknik Bisnis Sepeda Motor, SMK Bakti Praja Adiwerna, Wahyu Cahyo Nugroho, menyampaikan bahwa beberapa bagian rangka ditambah dengan besi bekas agar bentuknya sesuai dengan bentuk skuter. Kemudian, untuk daya listrik para siswa memakai baterai bekas laptop yang sudah tidak terpakai.
Dengan baterai bekas tersebut, skuter listrik ini bisa melaju selama 15 menit dengan kecepatan hingga 30 km/jam. Untuk mengisi ulang baterai skuter cukup diisi selama satu jam dengan alat pengisi baterai laptop.
“Saat ini, skuter listrik masih tahap penyempurnaan untuk kemudian nanti kita produksi massal. Penyempurnaan ini meliputi bentuk utuh skuter, daya tahan baterai, dan lainnya,” ucap Nugroho.
Sementara itu, Kepala SMK Bakti Praja Adiwerna, Erfan Suparmono, menuturkan bahwa inisiatif ini tidak hanya mendidik siswa tentang pentingnya daur ulang dan pemanfaatan barang bekas, tetapi juga melatih para siswa untuk berpikir inovatif dan solutif terhadap masalah lingkungan. SMK Bakti Praja Adiwerna berencana untuk terus mengembangkan projek ini dan berharap bisa memproduksi skuter listrik dalam skala yang lebih besar di masa mendatang.
Biaya yang dikeluarkan untuk merakit skuter listrik ini cukup terjangkau karena sebagian besar menggunakan bahan bekas. Untuk satu unit skuter biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp3,9 juta.
“Akan terus kita kembangkan karena memang masih ada beberapa bagian yang belum rapi. Kami akan menggandeng pihak lain untuk mengembangkan skuter listrik ini. Para siswa tidak hanya belajar tentang teknologi dan rekayasa saja, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan,” ucap Erfan. (Aya/Cecep)