Mahasiswa Polinema Ciptakan Sarung Tangan Robotik untuk Pemulihan Motorik Pasien Strok

Mahasiswa Polinema Ciptakan Sarung Tangan Robotik untuk Pemulihan Motorik Pasien Strok

Malang, Ditjen Vokasi - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) Politeknik Negeri Malang (Polinema) berhasil membuat sarung tangan fisioterapi terintegrasi IoT yang dapat memberikan sejumlah manfaat signifikan bagi pasien pasca-strok. Dengan kemampuan untuk mengumpulkan data gerakan dan kekuatan tangan secara akurat, sarung tangan ini memungkinkan rehabilitasi yang lebih efektif dan teratur di rumah.


Ketua Tim PKM-KC, Grendis Yugi Hatmanti, mengatakan bahwa pengembangan sarung tangan robotik ini dilandasi dari terus meningkatnya prevalensi kasus strok di Indonesia. Para penderita strok sebagian besar mengalami kelumpuhan pada anggota tubuhnya, mulai dari lumpuh total maupun lumpuh setengah badan dan membutuhkan upaya rehabilitasi untuk mengembalikan kesehatan dan kondisi tubuh agar dapat beraktivitas, seperti semula atau hanya sekedar memulihkan fungsi-fungsi anggota tubuh seperti semula seperti untuk kemampuan tangan untuk menggenggam dan sebagainya.


“Upaya untuk meminimalkan kecacatan pasca-strok ini adalah melalui terapi rehabilitasi. Terapi rehabilitasi pasien strok salah satunya dengan terapi gerak fisik range of motion (ROM). Pada saat ini alat yang digunakan masih sangat kurang, di mana sebagian alat kesehatan di Indonesia tidak semua menggunakan teknologi tinggi. Sebagian besar terapi rehabilitasi fisik hanya diberikan di rumah sakit besar,” kata Grendis.


Selain jumlah alat terapi rehabilitasi fisik tidak tersebar secara merata, jumlah tenaga terapi fisik juga masih terbatas. Fasilitas untuk terapi rehabilitasi fisik yang saat ini ada dan digunakan di rumah sakit Indonesia umumnya masih bersifat konvensional dan tidak memanfaatkan teknologi otomasi.


Dengan alasan itulah dibuat sebuah alat bantu terapi pasca-strok untuk tangan yang dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu dalam proses pemulihan pasca-strok yang dapat digunakan saat berada di rumah.


“Alat yang digunakan ini untuk membantu rehabilitasi pasien pasca-strok dan memudahkan memberikan informasi posisi yang dapat dipantau oleh tim medis dengan menciptakan integrasi antara sarung tangan otomatis dan teknologi IoT menggunakan sensor Flex, MPU6050 dan MAX3010 melalui aplikasi Android,” Grendis menambahkan.


Penggunaan sarung tangan fisioterapi terintegrasi IoT ini memberikan sejumlah manfaat signifikan bagi pasien pasca-strok. Dengan kemampuan untuk mengumpulkan data gerakan dan kekuatan tangan secara akurat, sarung tangan ini memungkinkan rehabilitasi yang lebih efektif dan teratur di rumah. 


Data yang dikumpulkan juga memungkinkan fisioterapis untuk memantau kemajuan pasien secara real-time, memberikan umpan balik dan penyesuaian latihan dengan cepat. Program latihan dapat dipersonalisasi berdasarkan kebutuhan spesifik setiap pasien dan disesuaikan secara bertahap sesuai dengan kemajuan mereka sehingga dapat meningkatkan efektivitas rehabilitasi. Selain itu, integrasi elemen gamifikasi dan umpan balik langsung melalui perangkat dapat meningkatkan motivasi pasien untuk berlatih secara rutin. 


“Penggunaan sarung tangan ini juga dapat mengurangi kebutuhan untuk kunjungan rutin ke klinik, menghemat waktu dan biaya bagi pasien, serta memungkinkan fisioterapis untuk mengelola lebih banyak pasien secara efisien,” ujar Grendis yang mengembangkan inovasi ini bersama rekan mahasiswa lainnya, yakni M. Asyam Labib (Prodi D-4 Teknik Elektro), Rendos Nofitasari R (Prodi D-4 Jaringan Telekomunikasi Digital), dan Ananda Galih Pratama (Prodi D-4 Jaringan Telekomunikasi Digital).


Dengan rehabilitasi yang lebih baik dan tepat waktu, pasien dapat mencapai kemandirian lebih cepat dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan juga dapat dibagikan dengan anggota keluarga, memungkinkan mereka untuk memberikan dukungan tambahan dan memantau kemajuan pasien. (Polinema/Nan/Cecep)