Mahasiswa Polije Ubah Limbah Kulit Pisang jadi Sabun Anti Jerawat

Mahasiswa Polije Ubah Limbah Kulit Pisang jadi Sabun Anti Jerawat

Jember, Ditjen Vokasi - Metode project based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis projek semakin banyak memunculkan inovasi-inovasi baru dari kalangan mahasiswa perguruan tinggi vokasi. Salah satunya adalah inovasi mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen Agroindustri, Politeknik Negeri Jember (Polije) yang berhasil membuat sabun dari bahan kulit pisang.


Kulit pisang kerap menjadi limbah yang dibuang begitu saja oleh masyarakat. Namun, di tangan Putri Sekarsari bersama rekan-rekannya, limbah kulit pisang diubah menjadi sabun yang memiliki banyak manfaat. Produk sabun yang diberi nama “Banaskin” ini diharapkan dapat meningkatkan nilai guna dan nilai jual dari limbah kulit pisang.


“Manfaat Banaskin ini cukup banyak, yang utama untuk menghaluskan dan mencerahkan. Selain itu juga dapat mengurangi jerawat yang ada di punggung. Karena Banaskin banyak mengandung vitamin yang diperlukan untuk kulit,” jelas Putri Sekarsari.


Menurut Putri, ide awal pembuatan sabun dari kulit pisang ini bermula dari banyaknya limbah kulit pisang di daerah Jember. Menurutnya, selama ini masyarakat biasa membuang begitu saja limbah kulit pisang dan menjadi tumpukan sampah tersendiri.


“Jika dibuang begitu saja kan akan menjadi limbah. Dengan memanfaatkan menjadi produk tertentu, limbah kulit pisang akan memiliki nilai jual dan nilai guna bagi masyarakat,” kata Putri menambahkan.


Pengembangan sabun dari kulit pisang ini sendiri tidak lepas dari proses belajar melalui metode PBL. Metode ini diakui Putri memberikan keleluasaan bagi mahasiswa untuk bereksperimen dan memunculkan inovasi-inovasi baru, termasuk sabun dari kulit limbah pisang ini.


Bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk membuat Banaskin yakni menggunakan bahan yang ramah lingkungan, seperti olive oil, minyak kelapa, dan juga beberapa bahan lainnya.


“Ya, kami menggunakan beberapa bahan yang ramah lingkungan, karena kami juga tidak ingin dampak dari Banaskin ini mencemari lingkungan. Selain itu juga yang pasti bahan-bahan yang digunakan aman untuk kulit,” lanjut Putri.


Untuk saat ini, Putri mengaku, pemasaran dari produk Banaskin masih dijual di sekitar Polije dan di aplikasi online jual beli.


“Saat ini kami masih menjual di lingkungan Polije. Ada juga beberapa sudah kami jual melalui media sosial maupun aplikasi jual beli. Karena memang kami masih mencari pasar dan ingin juga melegalkan produk kami sehingga dapat dipasarkan lebih luas lagi,” tuturnya.


Putri dan teman-temannya berharap, produk yang dihasilkan segera mendapatkan legalitas dan dapat dipasarkan lebih luas dan Banaskin akan dapat dikenal oleh masyarakat. Ini dikarenakan Banaskin merupakan sabun yang ramah lingkungan dan memiliki banyak manfaat bagi penggunanya.


Menurut Wakil Direktur Bidang Akademik Polije, Surateno, mengatakan bahwa banyaknya inovasi mahasiswa dengan sistem pembelajaran PBL akan membangkitkan semangat berwirausaha mahasiswa ke depannya. Polije sebagai lembaga, menurut Surateno, akan terus mendukung dan memfasilitasi apa saja yang diperlukan oleh para mahasiswa.


“Mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di Polije seperti UPA Pengembangan Karier dan Kewirausahaan untuk mendapatkan pendampingan dalam mengurus keperluan-keperluan, seperti izin usaha dan legalitas produk dari mahasiswa. Mereka juga dapat memanfaatkan laboratorium untuk melakukan pengujian produk,” jelas Surateno. (Polije/Nan/Cecep)