Konsisten Pertahankan Kualitas, SMKN 1 Kalasan Siapkan Seniman Kriya Kulit Standar Industri
Sleman, Ditjen Vokasi – Kerajinan kriya kulit di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang pesat. Dengan memadukan tradisi dan inovasi untuk menghasilkan karya-karya yang tak hanya bernilai estetika tinggi, tetapi juga memiliki daya saing di pasar global.
Kerajinan kriya kulit di pasar lokal maupun global pun semakin dicari oleh masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten untuk bisa memenuhi permintaan konsumen akan ketersediaan kerajinan kriya kulit di pasaran.
SMKN 1 Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Konsentrasi Keahlian Kriya Kulit dan Imitasi, pun terus menunjukkan dedikasinya dalam menyiapkan lulusannya di bidang kriya kulit yang siap bersaing di dunia industri.
Melalui konsentrasi keahlian tersebut, para siswa tidak hanya belajar teori tentang teknik dan desain kulit, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung melalui praktik di bengkel sekolah dan praktik kerja lapangan yang telah dilengkapi dengan peralatan modern. Upaya tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa para lulusan memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh industri.
Kepala SMKN 1 Kalasan, Suprapto, menyatakan bahwa pihak sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar sesuai dengan perkembangan industri. SMKN 1 Kalasan memastikan bahwa setiap lulusannya benar-benar maksimal dan berkompeten sehingga ilmu yang didapatkan di sekolah dapat membawa kemandirian dan kemanfaatan bagi diri siswa.
“Kami bekerja sama dengan berbagai industri kriya kulit untuk memastikan bahwa kurikulum yang kami terapkan selalu relevan dan up to date. Melalui kerja sama ini, siswa juga mendapatkan kesempatan untuk praktik dan belajar langsung dari para profesional di industri,” ujarnya.
Ketua Konsentrasi Keahlian Kulit dan Imitasi, SMKN 1 Kalasan, Gunardi Winarno, menyampaikan bahwa ada empat kompetensi yang wajib dikuasai oleh para siswa. Penerapan empat kompetensi tersebut diharapkan dapat menyiapkan seniman kriya kulit yang tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga kreatif dan inovatif.
“Lulusan dari sekolah ini banyak yang langsung diincar oleh industri. Semua ini berkat kerja sama semua pihak yang benar-benar menyiapkan SDM yang matang dan mandiri,” ucap Gunardi.
Sementara itu, siswa kelas XII Konsentrasi Keahlian Kulit dan Imitasi, Chelsea Dewi Yunianti, menuturkan ketertarikannya dalam bidang kerajinan kriya kulit membuatnya untuk memilih konsentrasi keahlian tersebut. Siswa yang memiliki ketertarikan dalam bidang kulit ini menaruh perhatian pada pembuatan sepatu kulit.
“Saya berharap setelah lulus nanti saya bisa bekerja dan bisa membuka usaha kerajinan kriya kulit. Dengan membuka usaha tersebut saya bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi banyak pihak,” ujar Chelsea. (Aya/Cecep)