Konsisten Lestarikan Budaya Betawi, SMKN 58 Jakarta Persiapkan Murid Miliki Kompetensi di Bidang Seni Kriya Batik
Jakarta, Ditjen Vokasi - SMKN 58 Jakarta terus menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya Betawi dengan memberikan pendidikan yang berfokus pada pengembangan kompetensi di bidang seni. Melalui program keahlian Kriya Kreatif Batik dan Tekstil (KKBT), sekolah ini mengintegrasikan nilai-nilai dan kearifan lokal Betawi dalam proses pembelajaran.
Salah satu komitmen yang ditempuh oleh SMKN 58 Jakarta adalah dengan menunjang kompetensi murid KKBT melalui teaching factory (Tefa). Produksi Tefa di program keahlian ini sudah eksis di berbagai pameran, baik berskala lokal maupun nasional.
Maria Ulfa Agustin, selaku Kepala SMKN 58 Jakarta mengungkapkan bahwa pendidikan vokasi di SMK turut mempersiapkan potensi murid di bidang seni. Dengan begitu murid dapat lebih mengenal dan melestarikan budaya.
“Mengingat SMK kami adalah satu-satunya SMK di Jakarta di bidang seni kriya batik dan tekstil, tentu saja kami pun ingin mengangkat budaya lokal Betawi,” tutur Ulfa.
Ulfa menambahkan, dengan semangat Merdeka Belajar, murid dapat lebih bebas berekspresi untuk belajar memahami setiap materi dan praktik. Sebagai contoh, murid akan observasi langsung terlebih dahulu kebudayaan yang ada di Betawi, setelah itu dipresentasikan dan barulah melakukan proyek pembuatan batik maupun produk tekstil lainnya.
Ulfa menjelaskan, “Para guru membimbing, murid aktif mencari tahu. Untuk meningkatkan kreativitas murid, kami pun mempersilakan siswa untuk observasi ke luar sekolah.”
Generasi Muda Tidak Lupa Budaya
Sebagai bentuk kebebasan dalam belajar, murid-murid SMKN 58 Jakarta pun aktif mengikuti projek yang diselenggarakan oleh mitra sekolah maupun Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Salah satu murid yang turut terlibat adalah Restianda, murid kelas XII program keahlian KKBT. Ia berkomitmen untuk mengikuti pembuatan batik Jakarta yang akan ditampilkan pada kegiatan pameran D'Craft Indonesia
“Saya membuat dua kain batik dengan pola tari Ronggeng Blantek. Pembuatannya cukup menantang karena harus hati-hati dan ada pola yang sebelumnya tidak tahu, tetapi untungnya diarahkan oleh guru pembimbing,” tutur Restianda.
Dengan persiapan kurang lebih dua minggu, Restianda bersama 4 teman lainnya turut aktif dalam pembuatan projek batik. Walaupun menyita waktu libur semesternya, ia sama sekali tidak mengeluh. Menurutnya, ini adalah cara untuk meningkatkan keterampilannya dalam membatik.
Restianda mengungkapkan, “Belajar budaya Betawi juga. Walaupun saya asal Jakarta, tetapi belum tahu tari Ronggeng Blantek. Kami cari tahu dulu polanya seperti apa, setelah itu baru digambar dengan canting.”
Sejauh yang Restianda rasakan, belajar di SMK memfasilitasinya untuk meningkatkan kompetensi di bidang seni batik dan tekstil. Sebelum mengikuti projek batik tersebut, ia pun pernah membuat produk-produk tekstil seperti baju, taplak meja, dan juga sarung bantal dengan bergaya etnik nusantara.
“Saya sangat bangga bisa belajar seni Betawi di sekolah ini. Dengan pendidikan vokasi di SMK membantu saya untuk memperdalam ilmu tentang seni dan budaya,” ujar Restianda.
Restianda pun berharap, ia dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di bidang seni sekaligus membuka usaha pula. Ia pun bersyukur dapat berkontribusi positif dalam menjaga dan melestarikan budaya Betawi untuk generasi mendatang melalui pembelajaran di SMK. (Zia/Cecep)