Keterlibatan Masih Rendah, Ditjen Pendidikan Vokasi Berkomitmen Tinggi Mendorong Lahirnya Talenta Digital Perempuan di Indonesia
Jakarta, Ditjen Vokasi - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) berkomitmen tinggi untuk mendorong lahirnya talenta-talenta digital perempuan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan akan semakin banyak perempuan-perempuan Indonesia yang bisa berkarir di bidang teknologi dan informasi.
Berdasarkan penelitian dari Boston Consulting Group (2020), hanya 22 persen dari perempuan yang bekerja di bidang Sains, Teknologi, Engineering, Teknik, dan Matematika (STEM), termasuk di Indonesia.
Padahal, perempuan memiliki potensi besar untuk berkiprah di bidang teknologi. Selain akan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, memaksimalkan potensi perempuan sebagai talenta digital dalam bidang teknologi informasi dapat merangsang dan berdampak cukup besar pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Apabila partisipasi perempuan ditingkatkan sebanyak 25 persen saja, maka akan akan ada pertambahan aktivitas ekonomi dan peningkatan DDP sebesar 2,9 persen di tahun 2025," kata co-founder Yayasan Daya Kreasi Anak Bangsa (Markoding), Amanda Simanjuntak, saat beraudiensi dalam rangka penjajakan dan pembahasan kerja sama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dengan Markoding untuk memberikan pelatihan teknologi digital kepada pada siswa/mahasiswa vokasi di Jakarta(25-01-2024).
Lebih lanjut, Amanda mengatakan bahwa rendahnya partisipasi perempuan Indonesia untuk bekerja di bidang STEM menjadi salah satu yang terendah di Asia Tenggara. Menurut Amanda, ada banyak penyebab kecilnya partisipasi perempuan Indonesia di bidang STEM termasuk teknologi informasi.
“Beberapa faktor penyebabnya antara lain karena kurikulum tidak sesuai sesuai dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat dan juga alasan lainnya adalah guru-guru yang kurang kompeten untuk mengajarkan tentang teknologi ini,” kata Amanda.
Oleh karena, Markoding menawarkan diri untuk berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan vokasi untuk memberikan pelatihan terkait bidang teknologi informasi kepada para siswi SMK, politeknik, maupun lembaga kursus dan pelatihan (LKP). Selain siswi atau mahasiswi, pelatihan tentang teknologi digital informasi juga rencananya akan ditujukan bagi guru yang menjadi ujung tombak.
Alasan kerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, lanjut Amanda, karena peran besar yang diemban Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap bekerja.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Saryadi, mengatakan bahwa pengarusutamaan gender menjadi salah satu isu-isu yang menjadi perhatian, termasuk di Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Terlebih, menurut Saryadi, isu gender sendiri menjadi salah satu dari 17 pilar dalam Sustainable Development Goals.
“Kami di Direktorat akan selalu memberikan perhatian dan memberikan ruang yang memadai untuk memastikan bahwa para perempuan mendapatkan akses pendidikan berkualitas dan pada akhirnya bisa berkarya, berkarier sesuai harkat dan martabat sebagai bangsa Indonesia,” kata Saryadi. (Nan/Cecep)