Inovasi Bermotif Tradisi, Batik Ecotik Karya Guru SMKN 2 Adiwerna
Depok, Ditjen Vokasi PKPLK – Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan budaya, mulai dari seni pertunjukan, kriya, adat istiadat, dan unsur budaya lain yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Namun, di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, kekayaan budaya ini menghadapi tantangan serius.
Pelestarian budaya pun menjadi tugas penting yang tak hanya bergantung pada pelaku seni, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, termasuk dunia pendidikan sebagai garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.
Untuk menjawab tantangan tersebut sekaligus meningkatkan daya saing lulusan SMK di bidang seni dan budaya, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya, melaksanakan program Upskilling dan Reskilling bagi guru SMK bidang seni dan budaya.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi guru SMK bidang seni dan budaya sekaligus menjembatani warisan budaya lokal dengan tuntutan inovasi di era industri kreatif. Dalam pembukaan acara Peningkatan Kompetensi serta Panen Hasil Inovasi Guru SMK dan Instruktur LKP (22-04-2025), Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa ke depan industri berbasis seni akan menjadi industri yang menjanjikan. Oleh karena itu, pemerintah memberikan ruang aktualisasi.
“Berbagai aspek termasuk budaya apabila dikelola dengan entrepreneurship bisa menjadi industri yang luar biasa. Dan, ini bagian dari bagaimana agar setiap bakat anak-anak kita berikan ruang aktualisasi dan kita fasilitasi untuk mereka tumbuh dan berkembang sebagai anak-anak Indonesia dengan potensi mereka yang berbeda-beda,” ujar Menteri Mu’ti.
Merajut Lokal untuk Global
BBPPMPV Seni dan Budaya menjadi salah satu pelaksana program Upskilling dan Reskilling yang menyasar guru SMK Program Keahlian Seni Rupa, Desain Komunikasi Visual, Animasi, Desain dan Produksi Kriya, Seni Pertunjukan, serta Broadcasting dan Perfilman.
Widyaiswara BBPPMPV Seni dan Budaya, Suryanto, mengatakan bahwa guru SMK bidang seni dan budaya merupakan ujung tombak dalam pelestarian dan pengembangan budaya bangsa. Dari tahun ke tahun minat guru SMK yang mengikuti program tersebut terus meningkat. Dalam kegiatan ini, para guru tidak hanya dibekali dengan teknik dan pendekatan baru dalam pengajaran seni, tetapi juga diajak untuk mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam proses pembelajaran yang adaptif terhadap teknologi dan tren global.
“Dengan meningkatkan kapasitas guru SMK, kita sedang menanam benih regenerasi budaya yang inovatif dan berkelanjutan. Guru tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menginspirasi peserta didik untuk mencintai dan mengembangkan budaya lokal dalam balutan teknologi dan kreativitas,” ujarnya.
Melalui pelatihan ini, para guru SMK berkesempatan untuk mendalami kompetensi keahlian yang diampunya bersama ahli industri kreatif untuk kemudian diimplementasikan dan menghasilkan sebuah inovasi yang inovatif.
Salah satu peserta, Harun Maryati, guru Konsentrasi Keahlian Kriya Kreatif Batik dan Tekstil, SMKN 2 Adiwerna, Tegal mengaku terinspirasi mengikuti pelatihan ini.
“Kami diajak untuk melihat potensi lokal dari sudut pandang baru. Bagaimana batik bisa punya nilai tambah tinggi jika dikemas dengan pendekatan inovatif. Ini membuka wawasan saya sebagai pendidik sekaligus pelaku seni,” tuturnya.
Melalui pelatihan Upskilling dan Reskilling yang difasilitasi oleh BBPPMPV Seni dan Budaya, Harun Maryati menangkap tantangan tersebut sebagai peluang. Ia terinspirasi untuk menciptakan motif batik yang mampu memadukan kekayaan budaya lokal dengan cita rasa estetika masa kini. Dari sinilah lahir Batik Ecotik, sebuah karya yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga mengandung filosofi tentang keseimbangan antara ekologi, etnik, dan keunikan artistik.
Nama Ecotik diambil dari perpaduan antara elemen tumbuhan yang dihasilkan melalui teknik ecoprint dan elemen lokal yang dihasilkan melalui teknik canting ataupun cap. Ecotik sendiri mencerminkan karakter motif yang menghargai alam, kearifan lokal, serta keindahan khas budaya Indonesia. Motif ini diciptakan sebagai bentuk ekspresi modern terhadap nilai-nilai tradisional, sekaligus sebagai media pembelajaran kreatif bagi peserta didik SMK untuk memahami pentingnya inovasi yang berakar pada identitas budaya.
Dengan kehadiran batik motif Ecotik, Harun Maryati tidak hanya memperkaya dunia batik tanah air, tetapi juga mengukuhkan peran guru SMK sebagai agen transformasi budaya melalui pendidikan. Inisiatif ini menjadi contoh nyata bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan inovasi dan pemberdayaan di era modern. Selain itu, ini juga menjadi bukti konkret bahwa pelatihan yang tepat dapat mendorong kreativitas dan melahirkan karya orisinal dari dunia pendidikan. (Aya/Dani)