“Kartini Muda”, Namira Zania: Mematahkan Stigma Lewat Asa dan Karya
Jakarta, Ditjen Pendidikan Vokasi PKLPK - Tak hanya di masyarakat umum, di kalangan disabilitas sendiri, penyandang disabilitas intelektual, seperti down syndrome kerap mendapatkan diskriminasi. Dengan kecerdasan intelektual (intelligence quotient) di bawah rata-rata, mereka kerap diremehkan. Jangankan mandiri dan berprestasi, sekadar mengurus diri, mereka sering kali dianggap tidak mampu. Namun, Namira Zaina Siregar berhasil mematahkan semua stigma itu.
Namira merupakan individu dengan down syndrome yang juga dikenal sebagai penari dan model profesional. Sebagai penari, saat ini Namira sedang mempersiapkan diri untuk tampil di sebuah panggung kolaborasi antara penari down syndrome Singapura dan Australia. Pertunjukan yang direncanakan akan berlangsung pada Juni mendatang yang digelar di Singapura.
Sementara itu, sebagai model, Namira pernah tampil membawakan busana di panggung Jakarta Fashion Week (JFW). Selain itu, Namira juga menjadi Model Champagne I'M PERFECT BEAUTY Elshe Skincare.
Soal prestasi, Namira tercatat telah meraih sejumlah penghargaan, di antaranya RA Kartini Awards 2024 sebagai Disability Into Strength serta Women Leadership Conference 2024 yang diberikan oleh Trans TV & HER WORLD Indonesia Singapore, serta dari Her World Indonesia sebagai Women Of The Years 2024.
“Sebagai perempuan dengan down syndrome kita tidak boleh lemah. Kita harus tunjukkan bahwa kita mampu berkarya sama seperti mereka, karena kita setara,” kata Namira.
Mulai Menari
Namira mengaku memiliki ketertarikan pada seni sejak masih kecil. Secara spesifik, Namira merasa bisa mengekspresikan dirinya melalui seni tari. Selain bisa mengekspresikan diri, sebagai individu down syndrome, Namira juga merasa menari bisa melatih sensorik motorik. Hal lain yang paling berarti dibalik pilihanya menekuni dunia tari adalah bahwa menari membuat Namira merasa bahagia.
“Saya bisa menjadi diri sendiri saat menari. Saya juga merasa begitu percaya diri menari saat menari di atas panggung,” ujar Namira.
Bakat Namira di dunia seni tari justru ditemukan oleh sang guru. Saat itu Namira masih sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Nurasih Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Sebelum memutuskan masuk SLB, Namira sebenarnya sempat mengenyam pendidikan di sekolah umum. Namun, karena kerap mendapat perundungan, Namira memutuskan untuk pindah ke SLB.
Setelah belajar di SLB, Namira merasa bakatnya muncul dan berkembang, termasuk bakat menari yang selama ini "tersembunyi".
Cerita tentang kelihaiannya dalam menari, menurut Namira, berawal saat dirinya cover dance dari girlband Cherrybelle di sekolah. Sang guru rupanya sering memperhatikan Namira saat menari.
“Guru saya ini kemudian berinisiatif untuk merekam saya saat menari, kemudian rekaman ini dikirim ke bunda saya,” kata Namira.
Uniknya, sebagai bunda, Nini justru kaget melihat putrinya bisa menari. Nini tidak menyadari bakat Namira di bidang tari. Hal mengejutkan lainnya adalah bahwa Namira mampu menghafalkan setiap koreografi atau tarian dari girlband tersebut untuk satu lagu penuh. Hal itu dilakukan Namira hanya dengan belajar dari YouTube.
Menyadari potensi menari yang besar pada putrinya, Namira pun kemudian dimasukkan ke sanggar tari pada 2013. Di Sanggar tari Gigi Art of Dance, bakat menari Namira kian terasah meski menghadapi beberapa tantangan.
Tantangan terberat sebagai penari bagi Namira salah satunya adalah saat ia harus menghafalkan setiap koreografi dalam tarian yang ia mainkan. Sebagai individu dengan down syndrome, menghafal dan mengingat koreografi jelas tidak mudah. Apalagi, penyandang disabilitas memang memiliki keterbatasan dalam daya fokus yang tidak bisa berlama-lama.
Selain harus menghafal koreografi, tantangan lain yang dirasakan Namira adalah saat ia harus tampil menari dan membawakan beberapa tarian berbeda serta dengan grup yang juga berbeda.
Dengan kecintaan yang tinggi dan tekad yang kuat pada dunia seni tari, Namira akhirnya berhasil menjadi penari profesional. Bersama bakat tarinya, Namira Zania sudah memamerkan kemampuannya menari di berbagai daerah di Indonesia, bahkan sudah sampai ke luar negeri, seperti Singapura, Australia, dan beberapa negara lainnya.
Melenggang di JFW
Menari benar-benar telah membuka berbagai kesempatan bagi Namira, termasuk kesempatan untuk melenggang di runway Jakarta Fashion Week (JFW). Kesempatan tampil di JFW itu bermula dari audisi model yang dilakukan oleh British Council pada 2018. Saat itu, ada dua desainer dari Inggris yang akan menggelar karyanya dalam event tersebut.
“Mereka membutuhkan model yang tidak biasa. Mereka mencari model disabilitas. Saya ikut audiensi dan alhamdulilah terpilih dari 15-20 peserta audisi,” ujar Namira.
Setelah dinyatakan lolos audisi, Namira langsung mengikuti sesi pemotretan untuk Jakarta Fashion Week 2018. Bahkan, dua desainer sampai memperebutkan Namira. Dengan profesionalisme yang ditunjukkan oleh Namira, kedua desainer tersebut ingin agar koleksi mereka di Jakarta Fashion Week tersebut dibawakan oleh Namira.
Sejak saat itu, Namira menjadi langganan model untuk melenggang di panggung Jakarta Fashion Week 2019 dan 2020. Kemunculan Namira di panggung fesyen ternama mendobrak batas kecantikan yang selama ini membatasi perempuan yang disajikan di panggung-panggung pagelaran busana.
Dari panggung JFW, pintu karier Namira terbuka lebar. Ia mendapat tawaran dari skincare lokal Elsheskin untuk menjadi model. Dari situlah, Namira menjadi model down syndrome pertama di Indonesia yang menjadi model Skincare dan Runway JFW 2018 dan JFW 2019.
Kariernya di industri hiburan semakin terbuka dengan model video klip maupun bintang iklan. Gadis kelahiran 1997 ini mendapat tawaran menjadi model video klip Vidi Aldiano, Jessica Gloria, hingga Tompi.
Terbaru, Namira turut mendapat kesempatan merambah dunia akting dengan bermain sebuah film. Film yang dibintangi Namira menceritakan tentang kehidupan anak muda di Jakarta, termasuk isu perundungan di dalamnya.
Satu persatu mimpi Namira memang terwujud. Namun, ia tidak bisa lepas dari komentar negatif yang datang menghampirinya. Tak jarang, Namira mendapat komentar negatif yang menyakiti hati dan membuatnya down. Beberapa kali Namira bahkan menangis akan komentar jahat yang diutarakan warganet.
Beruntung, Namira dikelilingi oleh keluarga yang menjadi support system terbaiknya sehingga ia tidak pernah merasa sendiri. Justru kini ia sudah mampu menanggapi komentar negatif dengan lebih bijak. Mimpi terbesar Namira saat ini adalah bermain film layar lebar bersama sang paman, Tio Pakusadewo. Untuk mewujudkannya Namira kini giat belajar akting. Tak lupa, Namira menyematkan doa agar mimpinya bisa terwujud. (Nan/Dani)