Jadi Sebuah “Luxury”, BLU Dorong Pendidikan Vokasi yang Adaptif

Jadi Sebuah “Luxury”, BLU Dorong Pendidikan Vokasi yang Adaptif

Jadi Sebuah “Luxury”, BLU Dorong Pendidikan Vokasi yang Adaptif 


Jakarta, Ditjen Diksi - Badan Layanan Umum (BLU) bidang pendidikan berperan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul yang menjadi prioritas pemerintah. Sebagai tumpuan untuk menyiapkan SDM unggul dan berdaya saing, status BLU pada perguruan tinggi vokasi tidak hanya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan pendidikan, tetapi juga mendorong pendidikan vokasi yang kian adaptif dan relevan dengan perkembangan industri dan pertumbuhan ekonomi.


Saat menjadi narasumber dalam Talk Show “Peran BLU dalam Meningkatkan SDM Indonesia Menyongsong Indonesia Emas 2024”, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Kemitraan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Uuf Brajawidagda, mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir Presiden Joko Widodo telah membangun berbagai infrastruktur dan pengembangan kawasan-kawasan ekonomi baru di berbagai daerah di Indonesia.


“Pertanyaannya adalah bagaimana kita akan memanfaatkan dan bagaimana kita akan mengisinya. Oleh karena itu, semua stakeholder di pendidikan vokasi mesti bisa berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut,” kata Uuf Brajawidagda, Kamis (2-3-2023).


Menurut Uuf, Kemendikbudristek telah membentuk direktorat yang khusus untuk menjembatani antara pendidikan vokasi dan industri agar tercipta keselarasan antara dunia pendidikan dan DUDI. Kemendikbudristek juga mengubah paradigma  pendidikan vokasi, dari yang bersifat supply kini bergerak pada sisi demand. 


“Jadi, di mana pertumbuhan ekonominya kemudian kami definisikan bagaimana supply yang akan kita sediakan. Karena idenya pendidikan vokasi memang mesti langsung relate dengan perkembangan ekonomi, perkembangan industri yang terjadi,” kata Uuf menambahkan.


Meskipun demikian, menurut Uuf, tidak mudah untuk mengelola pendidikan agar tetap bisa up-to-date dengan sektor industri. Dinamika industri yang terus bergerak sangat dinamis membutuhkan fleksibilitas dan otonomi bagi pengelola pendidikan agar bisa menyesuaikan diri dengan ritme yang terjadi di industri.


Oleh karena itulah, Uuf menilai, BLU menjadi bentuk yang paling sesuai bagi pengelolaan pendidikan, termasuk pendidikan vokasi agar selalu terhubung dengan perkembangan dunia industri. Dengan demikian, SDM yang dihasilkan juga akan sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.


“Fleksibilitas dan otonomi dalam pengelolaan keuangan melalui BLU itu menjadi luxury yang harus dimiliki oleh pengelola pendidikan,” kata Uuf.


Masih menurut Uuf, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi sendiri saat ini terus berupaya untuk meningkatkan akses layanan bagi masyarakat untuk menghasilkan SDM-SDM yang unggul. Jalur-jalur masuk politeknik banyak dibuka dan berbagai beasiswa afirmasi diberikan kepada para mahasiswa. Melalui Merdeka Belajar, SDM-SDM unggul juga coba dilahirkan dari berbagai program seperti Wirausaha Merdeka, MSIB hingga mengirimkan mahasiswa vokasi untuk magang di luar negeri.


“Kita memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk terhubung dengan berbagai stakeholder mereka ke luar negeri agar mereka semakin relate dengan dunia, semakin maju, dan lebih inklusi,” kata Uuf.



Hal senada juga disampaikan Kepala Unit Humas dan Protokol Politeknik Negeri Jember (Polije), Mahsus Nurmanto. Menurutnya, status BLU di Polije memberikan dampak pada keluwesan pengelolaan kampus. “Jadi lebih adaptif dan fleksibel, baik pada pengelolaan maupun pengembangan di kampus,” kata Mahsus.


Status BLU membuat satuan kerja menjadi lebih leluasa dalam mengelola keuangan dari unit-unit usaha yang dikembangkan di kampus. Keleluasaan tersebut membuat pengembangan unit-unit usaha melalui berbagai kegiatan teaching factory maupun project based learning (PBL) menjadi lebih maksimal.


Menurut Mahsus, saat ini ada dua UPT di Polije yang membawahi beberapa kegiatan teaching factory yang diketuai oleh seorang manajer yang akan melakukan pengelolaan terhadap teaching factory tersebut. Dengan BLU, pendapatan dari kegiatan teaching factory dapat digunakan terlebih dahulu untuk pengembangan usaha, misalnya untuk meningkatkan produksi teaching factory melalui peningkatan alat atau kapasitas produksi.


Sebelumnya dalam Rakor BLU 2023, Menteri Keuangan, Sri Mulyani,  mengatakan bahwa meskipun sudah kembali pulih, BLU pendidikan menjadi salah satu BLU yang mengalami syok luar biasa akibat pandemi. Dengan berbagai inovasi yang dilakukan, BLU pendidikan memang bisa mengatasi berbagai tantangan dalam memberikan layanan selama pandemi misalnya dengan mendigitalisasi bahan ajar.


“Tapi ini tetap harus diwaspadai dan diantisipasi tentang potensi kualitas SDM yang dihasilkan apakah terpengaruh atau tidak,” kata Sri Mulyani.


Sebagai informasi, saat ini terdapat 264 BLU yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang memberikan layanan di berbagai bidang, termasuk pendidikan. BLU-BLU tersebut mengelola aset sebesar Rp1.170 triliun. 


BLU pendidikan sendiri telah berhasil memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) untuk mengakses dunia pendidikan agar tercapai pembangunan yang inklusif. Di tahun 2022, sebanyak 185.632 mahasiswa yang berasal dari kelompok tersebut mendapatkan beasiswa dan tarif diskon sampai dengan nol rupiah untuk layanan di BLU-BLU pendidikan. Hal ini diharapkan terus ditingkatkan melalui key performance indicator (KPI) pemimpin BLU dengan Menteri Keuangan, yang merupakan salah satu agenda dalam Rakor BLU tersebut. (Nan/Cecep Somantri)