Jadi Katalisator Pembelajaran, Kampus Mengajar Dorong Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Indonesia

Jadi Katalisator Pembelajaran, Kampus Mengajar Dorong Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi Indonesia


Jakarta, Ditjen Vokasi - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi melepas lebih dari 11.000  mahasiswa yang telah mengikuti pembekalan sebagai peserta program Kampus Mengajar Angkatan 8 Tahun 2024 pada Selasa (3-9-2024). Melalui program ini, mahasiswa diharapkan menjadi katalisator bagi berbagai aspek pembelajaran yang mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, termasuk pendidikan vokasi.


Dalam sambutan yang dilakukan secara daring saat pelepasan mahasiswa program Kampus Mengajar Angkatan 8, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Tatang Muttaqin, mengatakan bahwa program Kampus Mengajar mendorong kemampuan beradaptasi mahasiswa yang dituntut untuk bisa menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh di bangku kuliah secara aktif di lapangan kerja nantinya. 


“Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja,” kata Tatang. 


Menurut Tatang, Kampus Mengajar sebagai salah satu kebijakan di bawah payung kebijakan MBKM memberikan pengalaman belajar di luar kampus yang menitikberatkan pada pengembangan hard skills dan soft skills mahasiswa. Selain itu, mahasiswa juga diajak untuk mengembangkan kemampuan kolaborasi membangun hubungan kerja yang harmonis.


“Beradaptasi di lingkungan baru serta mengasah sikap profesional dan kesadaran mendalam itu sangat diperlukan untuk bekal ketika mereka terjun ke lapangan kerja nantinya,” tambah Tatang.


Masih menurut Tatang, bukan hanya mahasiswa yang mendapatkan manfaat dari program kampus mengajar, tetapi juga siswa dan sekolah, khususnya di sekolah menengah kejuruan (SMK). Selain dapat meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi, para siswa juga dapat meneladani pengembangan soft skills dari para mahasiswa. 


“Momentum ini sekaligus memberikan peluang kepada perguruan tinggi vokasi untuk menjalin kerja sama dan kolaborasi dengan sekolah penugasan,” ujarnya. 


Kolaborasi tersebut, lanjut Tatang, memiliki potensi besar untuk menciptakan sinergi antara dunia pendidikan dan industri yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan vokasi di Indonesia dengan keterlibatan SMK sebagai sekolah penugasan.


“Kehadiran mahasiswa telah menjadi katalisator dalam berbagai aspek pembelajaran dan juga berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan adaptasi teknologi siswa sebagai sebuah keterampilan yang sangat dibutuhkan di era digital ini,” ujar Tatang.


Sebagai informasi, pada angkatan 8, terdapat total 11.795 mahasiswa yang terpilih menjadi peserta dan 1.490 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang siap terjun ke sekolah penugasan. Ribuan mahasiswa tersebut berasal dari 757 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Para mahasiswa ini akan ditugaskan di 2.907 sekolah di seluruh Indonesia, yang terdiri dari 1.983 Sekolah Dasar (SD), 761 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 163 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Selama program berlangsung, para mahasiswa akan berperan sebagai mitra guru, membantu dalam proses pembelajaran, terutama untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa. (Nan/Cecep)