Dosen Ini Ubah Biji Mangga Menjadi Plester untuk Tangani Resistensi Antimikroba Pada Luka

Dosen Ini Ubah Biji Mangga Menjadi Plester untuk Tangani Resistensi Antimikroba Pada Luka

Semarang, Ditjen Vokasi - Memanfaatkan limbah biji buah mangga atau mangifera indica, dosen Program Studi (Prodi) Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) menciptakan plester yang mampu mempercepat penyembuhan luka resisten terhadap antibiotik.


Dikutip dari tayangan YouTube "Melesat" yang tayang di Kanal Direktorat APTV, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, inovasi ini dikembangkan oleh M. Evy Prastiyanto, yang merupakan dosen Teknologi Laboratorium Medis, Unimus. Plester obat luka yang dikembangkan Evy ini dibuat dari inti buah mangga asli Indonesia. 


"Keunggulan dari plester ini dibandingkan dengan yang lain adalah plester ini mampu mempercepat penyembuhan luka, utamanya luka yang sudah resisten antibiotik," kata Evy. 


Selain mampu mempercepat luka yang sudah resisten terhadap antibiotik, plester berbahan dasar ekstrak biji buah mangga ini juga lebih terjangkau. Pemanfaatan biji buah mangga juga membantu menambah nilai jual biji buah mangga yang selama ini tidak dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah atau sampah saja. 


Plester yang diberi nama “Mi-Plast” ini dibuat dengan memanfaatkan kultivar dari tujuh jenis mangga asli Indonesia, di antaranya adalah Mangga Kweni, Manalagi, Mangga Alpukat, dan sebagainya. Penggunaan mangga, menurut Evy, karena buah ini memiliki kandungan senyawa fitokimia yang cukup banyak seperti flavonoid sampai tanin.


“Dan penelitian soal mangga juga sebenarnya sudah cukup banyak di luar negeri. Jadi, saya pikir kenapa kita tidak dilakukan penelitian ini di Indonesia yang memiliki banyak sekali varian mangga,” kata Evy menambahkan.


Masih menurut Evy, dari penelitian yang ia lakukan selama tiga tahun terakhir, ia menemukan lebih dari 60 persen kasus luka (luka operasi, diabetes, dan sebagainya) justru merupakan luka yang telah terinfeksi bakteri resisten. Kondisi tersebut membuat luka menjadi sulit disembuhkan karena pilihan obat antibiotik yang lebih sedikit dan cenderung memerlukan biaya yang lebih tinggi. 


“Dengan produk natural ini kita memberikan alternatif pengobatan bagi infeksi bakteri resisten antibiotik ini,” kata Evy. 


Penelitian ini melibatkan mahasiswa tiga mahasiswa Prodi D-3 dan D-4 Teknologi Laboratorium Medis Unimus, serta Rumah Sakit Tugurejo, Semarang sebagai mitra. Saat ini penelitian ini telah menghasilkan prototipe berupa plester Mi-Plast dengan ukuran 3 kali 4 cm. 


Ke depan, Evy akan mengembangkan ekstrak buah mangga dalam bentuk gel untuk dioles pada luka. Sementara itu, nama Mi-Plast sendiri diambil dari nama latin dari  buah mangga, yakni mangifera indica (MI). (Dit. APTV/Nan/Cecep)