Inovasi Siswa SMK PGRI 2 Ponorogo: Alat Pemurni Air Limbah Hidroponik untuk Keberlanjutan Lingkungan
Ponorogo, Ditjen Vokasi – Perkembangan zaman yang begitu pesat turut memberikan pengaruh pada sektor kehidupan, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Salah satu hal yang menjadi sorotan dunia saat ini ialah kondisi lingkungan hidup di mana sedang terjadi ketidakeseimbangan lingkungan dengan aktivitas manusia yang berdampak pada kerusakan lingkungan. Hal yang kentara dapat dirasakan ialah perubahan jumlah air bersih yang semakin sulit ditemui.
Padahal, ketersediaan air bersih merupakan hal yang sangat penting untuk keberlangsung kehidupan di muka bumi. Berangkat dari masalah tersebut, SMK PGRI 2 Ponorogo, Jawa Timur pun menciptakan alat pemurni air limbah bekas produksi pertanian hidroponik. Pembuatan alat tersebut dilakukan setelah siswa Jurusan Teknik Pemesinan, SMK PGRI 2 Ponorogo melakukan riset tingkah laku petani hidroponik yang sembarangan membuang air bekas limbah pertaniannya.
Air limbah tersebut sudah terkontaminasi berbagai macam pupuk, bakteri, jamur, dan kadar pH yang berada di bawah batas normal. Apabila dibuang langsung ke tanah tanpa proses pemurnian, air tersebut dapat mencemari tanah, sumber air, dan membunuh hewan pengurai organik.
Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak buruk dari pembuangan limbah tersebut, siswa SMK PGRI 2 Ponorogo pun membuat alat, di mana alat ini berfungsi untuk memurnikan air limbah tersebut sehingga dapat digunakan kembali khususnya untuk pertanian hidroponik.
Alat pemurni air limbah yang diberi nama ‘Hiper’ ini memiliki 3 (tiga) sistem kerja, yakni filtrasi, sterilisasi, dan penyesuaian kadar pH. Setiap sistem ini memiliki peran masing-masing, di mana keluaran akhirnya ialah air limbah menjadi jernih kembali dengan kadar pH yang normal.
Sendi Aidin Nova Pradana, siswa SMK PGRI 2 Ponorogo, menuturkan bahwa dengan adanya alat Hiper ini diharapkan dapat menekan biaya produksi penggunaan air, serta dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dengan sistem hidroponik.
“Paling penting dari keberadaan alat ini ialah para petani hidroponik juga tidak perlu khawatir untuk membuang air limbahnya karena telah steril bahkan bisa digunakan kembali,” ucap Sendi.
Alat penjernih air ini akan terus dikembangkan dengan menyesuaikan teknologi terkini dan kebutuhan konsumen.
“Mulai dari sistem pompa, kapasitas filter dan kapasitas tangki penampungan masih sangat terbuka untuk dikembangkan dalam skala yang lebih besar,” tutur Sendi.
Sementara itu, Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, Syamhudi Arifin, menyampaikan bahwa alat ini difungsikan mengolah limbah hidroponik atau air bekas panen yang biasanya terbuang agar bisa dimanfaatkan kembali.
“Karena kalau limbah tersebut terbuang itu percuma karena tidak ramah lingkungan dan dapat mencemari serta membuang biaya. Dengan adanya alat ini kami me-recycle kembali untuk bisa dipakai di hidroponik tapi disesuaikan dengan spesifikasinya, air harus steril, bersih dan memiliki pH yang bagus,” ucap Syamhudi. (Aya/Cecep)