Inilah Momen Guru SMK jadi Agen Gastronomi Prancis
Depok, Ditjen Vokasi PKPLK - Kompetisi pengajar vokasi sukses menjadi agen gastronomi prancis di satuan pendidikan, salah satunya sekolah menengah kejuruan (SMK). Melalui program Training of Trainers (ToT) on French Cooking for Vocational Culinary Teaching, puluhan guru vokasi mampu mengembangkan keterampilan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dampak program ini pun sangat menunjang pembelajaran di SMKN 2 Depok, Jawa Barat. Sebagai salah satu peserta program ToT, Nunung Dahliah, yang merupakan guru Konsentrasi Keahlian Kuliner SMKN 2 Depok, mengungkapkan bahwa program tersebut sangat membantu dalam meningkatkan wawasan dan keterampilannya khususnya pada bidang pastry & bakery Prancis.
“Pelatihan ini membuka wawasan saya tentang standar kuliner Prancis yang saat ini peluangnya sangat besar. Saya bisa mengajarkan teknik baru kepada siswa sehingga mereka lebih siap menghadapi dunia kerja di industri perhotelan dan restoran,” ujarnya.
Sebagai informasi, program ToT Gastronomi Prancis merupakan program kolaborasi antara Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bisnis dan Pariwisata (BBPPMPV Bispar) dengan Institut Francais d’Indonesie dan Institut Disciples Escoffier pada November lalu. Dengan pelatihan selama 7 minggu, pengajar vokasi dari berbagai daerah di Indonesia berkesempatan pelatihan langsung bersama chef profesional dari Prancis.
Melatih Keterampilan Siswa
Keberhasilan program ini juga terlihat dari penerapan langsung di sekolah. Nunung telah mengadopsi metode dan teknik yang dipelajari saat ToT dan mempraktikannya kelas. Menurutnya, perbedaan kualitas pembelajaran pun cukup signifikan.
“Tentu banyak sekali perbedaan dari peningkatan pengetahuan teknik, karakteristik bahan, dan peningkatan kualitas produk,” ungkap Nunung.
Berdasarkan penjelasan Nunung, praktik pembuatan puff pastry memerlukan teknik yang terampil. Penanganan adonan membutuhkan suhu yang dingin sehingga siswa harus memasukan ke dalam freezer lebih lama. Selain itu, pemilihan kualitas bahan pun menjadi hal utama yang Nunung ajarkan kepada siswa.
Nunung menjelaskan, “Saya ajarkan materi ini ke anak kelas XI Kuliner. Walaupun banyak tantangan, saya upayakan untuk tetap maksimal dalam praktik.”
Ketersediaan fasilitas yang berbeda ketika pelatihan di BBPPMPV Bispar dan di kelas cukup menjadi tantangan. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah halangan untuk memaksimalkan potensi siswa dalam mempelajari gastronomi Prancis.
Dengan keberhasilan ini, diharapkan program serupa dapat terus dilaksanakan di masa mendatang sehingga kualitas pendidikan vokasi di Indonesia semakin meningkat dan mampu mencetak lulusan yang kompetitif di industri kuliner global. (Zia/Cecep)