Hadirkan Insan Vokasi Berkualitas melalui Kerja Sama dengan Industri

Hadirkan Insan Vokasi Berkualitas melalui Kerja Sama dengan Industri

Jakarta, Ditjen Vokasi – Melalui pendidikan vokasi, Pemerintah Indonesia siapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dan berdaya saing global. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki keahlian yang relevan dengan kebutuhan zaman, membuat keberadaan pendidikan vokasi menjadi primadona yang banyak dituju untuk mengembangkan potensi diri.


Adanya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi membuat masyarakat semakin banyak menerima informasi tentang pendidikan vokasi.


Dalam acara Peluncuran Buku Mendobrak Mitos: 20 Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi (26-06-2023), Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Uuf Brajawidagda, menyampaikan bahwa untuk melakukan lompatan ekonomi diperlukan SDM yang bisa mendorong dan relevan dengan ekonomi tersebut. 



“Setiap anak memiliki passion yang berbeda-beda. Misalnya pada awal masuk sekolah juga pasti mikir ini sekolah apa sih, tetapi setelah kita kasih kesempatan banyak anak vokasi yang akhirnya menemukan kesuksesannya. Vokasi ini seksi dari dulu cuma kitanya aja yang ngga ngeh. Sekarang dengan berbagai kebijakan yang diluncurkan oleh pemerintah kita jadi tahu apa itu vokasi dan sebagainya. Vokasi itu pendidikan yang keren, pendidikan yang memang dibutuhkan Indonesia untuk melakukan lompatan,” ucap Uuf.


Penulis Buku Mendobrak Mitos, Yosep Suprayogi, menyampaikan beberapa pengalaman yang ia dapatkan ketika proses penyusunan buku tersebut. Salah satunya ialah cerita di balik berdirinya politeknik di Kolaka, Sulawesi Utara. 


Yosep menuturkan bahwa Bupati Kolaka, Muhammad Syafei adalah salah satu penggagas berdirinya politeknik di Kolaka. Motif Syafei mendirikan politeknik ialah agar warga setempat tidak hanya menjadi penonton untuk berbagai industri yang ada di sana, tetapi juga bisa bekerja. Akan tetapi, kita tahu bahwa perlu ada keahlian agar bisa diterima di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, didirikanlah politeknik-politeknik di Kolaka untuk menyiapkan SDM yang berkompeten di bidangnya masing-masing.



“Tak hanya ke Kolaka, ketika saya ke SMK yang ada di Halmahera Timur, saya bertemu dengan saudara kita. Mereka mengatakan bahwa para guru SMK sedang berusaha membuat SMK supaya tidak seperti pendidikan umum. Di sana ada sebuah SMK yang berupaya untuk mencetak pelaut, tetapi praktiknya di tengah hutan. Mereka belajar banyak hal tentang semua itu. Semua pihak sangat fokus dengan SMK agar bisa mencetak siswa sesuai keahliannya sehingga bisa diterima dengan baik oleh industri. 


Salah satu faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan pendidikan vokasi adalah adanya kerja sama dengan industri. Industri harus bisa lebih dekat dengan satuan pendidikan vokasi. Hal senada pun diungkapkan oleh Uuf.


“Pada proses revitalisasi pendidikan vokasi tantangan terberatnya ialah meyakinkan diri sendiri bahwa kita berada di jalur yang benar. Meskipun masih banyak keterbatasan, setelah kita memberikan kesempatan kepada insan vokasi untuk mengembangkan kompetensinya maka lihatlah hasilnya. Sekarang kita dapat rasakan setelah mendengar cerita dari banyak pihak terkait adalah bagaimana industri sangat ingin berkontribusi di dalam pendidikan. Hal ini karena tidak ada cara lain bagi sebuah industri untuk bisa survive di sebuah negara tanpa intervensi dunia pendidikan,” ucap Uuf.



Sementara itu, Ketua Tim Strategi dan Perencanaan Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi, Agustina Tutik menuturkan bahwa sejak awal berdirinya konsorsium peduli vokasi ini adalah untuk membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan SDM yang diperlukan. Kebutuhan tersebut yang kemudian dikerjakan dan dipenuhi. Konsorsium yang terdiri dari berbagai kumpulan industri mencoba mendorong produktivitas pada satuan pendidikan vokasi khususnya SMK. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam merevitalisasi SMK seperti intervensi kurikulum, magang guru, pemberian pelatihan pada siswa dan guru.


“Saat ini ada 13 SMK yang kita bantu dan bidangnya pun bervariasi. Kami menggandeng banyak pihak yang berkompeten di bidang untuk ikut mengintervensi kurikulumnya. Kemudian kami juga lebih banyak memberikan proyek jadi kami memberikan penugasan supaya SDM yang sedang dibangun ini bisa melihat dan mengetahui kebutuhan industri. Selain itu kami juga ikut membantu mendekatkan anak-anak SMK dengan industri agar bisa cepat mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya,” tutur Agustin. (Aya/Cecep)