Giat Berbagi Ilmu hingga Pedalaman, Alumni SMK Ini Telah Melatih Ribuan Orang Soal di IT secara Swadaya

Giat Berbagi Ilmu hingga Pedalaman, Alumni SMK Ini Telah Melatih Ribuan Orang Soal di IT secara Swadaya

Madiun, Ditjen Vokasi - Pendidikan vokasi tidak hanya menyiapkan lulusannya untuk bekerja, tetapi juga memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi hingga menjadi ahli dibidangnya. Salah satunya adalah Tri Septianto. Sebagai lulusan SMK, Tri kini meniti karier sebagai dosen sekaligus praktisi di bidang informasi teknologi (IT) yang telah menyebarkan ilmunya hingga pedalaman Papua.


Lahir dari keluarga sederhana, Tri merupakan alumnus SMK Negeri 1 Surabaya pada tahun 2012.  Ia memulai kariernya dengan menjadi staf IT di SMK Negeri 6 Surabaya. Keputusan tersebut diambil atas dorongan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


“Saya berasal dari keluarga sederhana dan saya yakini hanya dengan pendidikanlah saya bisa mengubah nasib,” kata Tri mengawali cerita.


Demi bisa kuliah, Tri rela berjibaku membagi waktu antara kerja dan kuliah. Biasanya, saat pagi hari ia bekerja dan kuliah di malam hari.


Kesempatan untuk menjadi staf IT di institusi pendidikan negeri bukanlah karena koneksi keluarganya, melainkan berawal dari pengalamannya magang di SEAMOLEC, Jakarta, saat berada di bangku kelas XI. Selama magang, ia terlibat dalam pengembangan media pembelajaran berbasis mobile, yang pada saat itu sedang menjadi tren dengan teknologi J2ME dan Android yang sedang berkembang. 


“Pengalaman magang, termasuk dalam mengawal ujian berbasis proyektor dan LJK (Lembar Jawaban Kerja) perdana di SMK Negeri 6 Surabaya membuka pintu bagi kesempatan bekerja setelah lulus dari SMK,” kata Tri melanjutkan.


Selama menjadi staf IT, Tri tidak hanya menjalankan tanggung jawabnya, ia juga berhasil mendirikan sebuah ekstrakurikuler IT Club SMK Negeri 6 Surabaya dengan konsep yang pernah ia terapkan saat mendirikan IT Club di SMK Negeri 1 Surabaya. Ekstrakurikuler tersebut menjadi tempat bagi siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang teknologi informasi. Hingga saat ini, IT Club di SMK Negeri 1 Surabaya tetap eksis dan bahkan beberapa alumni telah berhasil meraih kesuksesan sebagai pemilik software house atau bahkan melanjutkan studi di kampus-kampus ternama. 


“Mungkin hanya saya, alumni ekstrakurikuler ini yang masuk ke dunia pendidikan,” ujar pria kelahiran 1993 tersebut.


Dua tahun sebagai staf IT, Tri ditawari menjadi guru multimedia di SMK Wachid Hasyim 2 Surabaya. Saat itu, Tri masih menjadi mahasiswa semester 4 di Teknik Informatika, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. 


Selama dua tahun pertama, Tri fokus untuk memahami dunia pendidikan dari sudut pandang pengajar serta memberikan kontribusi kepada beberapa komunitas, seperti MGMP Multimedia Kota Surabaya. Pada tahun 2015, Tri mengalami pengalaman unik ketika diundang oleh salah satu himpunan mahasiswa kampus swasta untuk berbagi tentang pembuatan aplikasi Android yang panitianya mengira bahwa ia lulusan sarjana.


“Hal itu saya tahu saat sertifikat sebagai narasumber tercantum gelar S.Kom, padahal saya lulus saja tahun 2016,” ujar pria yang suka bercanda tersebut. 


Setelah lulus, Tri segera memanfaatkan waktu luangnya dengan bergabung dan menjadi pengurus beberapa komunitas, termasuk Google Educator Group Kota Surabaya dan Ikatan Guru Indonesia Kota Surabaya. 


“Tujuan saya sebagai pengurus adalah untuk mempermudah mobilitas dan meningkatkan fleksibilitas dalam berbagi pengetahuan,” tambahnya.


Dari tahun 2016 hingga 2018, ia rutin menyelenggarakan pelatihan swadaya untuk para guru, peserta didik, bahkan masyarakat umum. Ia juga terus melanjutkan kuliah S-2 bidang Teknologi Informasi di Sekolah Tinggi Teknik Surabaya.


Ketika awal tahun 2019, ia diundang oleh salah satu pengembang Multiple Intelligences Research (MIR) yang terkenal di Indonesia untuk memberikan pelatihan untuk guru serta peserta didik di sekolah swasta di Kawasan Cibubur.


“Bagi saya 2019 merupakan pengalaman yang sangat menarik karena saya bisa kenal dan diskusi langsung dengan Alm. Munif Chatib,” tambah Tri, yang pernah menjadi dosen di Program Studi Teknik Informatika, Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo.


Saat pandemi, Tri tetap aktif dalam kegiatan berbagi meskipun pelatihan menjadi lebih terbatas karena banyak dilakukan secara daring. 


“Selama masa pandemi, saya mendapat pengalaman yang menarik dengan dua kali undangan untuk memberikan pelatihan langsung oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2020 dan 2021,” ujar pria yang kuliah harus lulus tepat waktu agar biaya kuliah tidak membengkak tersebut.


Pada tahun 2022, Tri memutuskan untuk pindah ke Politeknik Negeri Madiun sebagai home base baru. Di Madiun, Tri menerapkan konsep-konsep yang sebelumnya telah dijalankan. Sehingga, beberapa pelatihan telah berhasil diselenggarakan di wilayah Karesidenan Madiun. 


Pada akhir tahun 2023, ia melakukan perjalanan ke Mappi, salah satu kabupaten di Papua Selatan yang jaraknya satu jam perjalanan udara dari Merauke untuk menyelenggarakan pelatihan peningkatan kompetensi guru di bidang Networking dengan materi utama, yaitu Fiber Optik.


Hingga saat ini, Tri setidaknya telah melatih sekitar seribu peserta secara swadaya. Tri berencana untuk mengembangkan kelas digital yang berkolaborasi dengan lembaga pendidikan menengah di wilayah Karesidenan Madiun. 


“Mohon doanya agar tetap bisa berbagi dan bermanfaat terus,”, ujar pria yang pernah masuk nominasi Satu Indonesia tahun 2018. (PNM/Nan/Cecep)