Ekspor 1.500 Ton Minyak Nilam per Tahun, Peran SMK dalam Membangun SDM Unggul di Industri Pertanian
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK – Dalam upaya memperkuat peran sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam industri pertanian khususnya bisnis minyak atsiri, Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menggelar webinar bertajuk Peluang Emas Bisnis dan Karier Siswa SMK di Industri MInyak Atsiri pada Jumat, 21 Maret 2025.
Sektor pertanian memiliki peran penting dalam menopang perekonomian lokal, khususnya di wilayah pedesaan. SMK pertanian sebagai satuan pendidikan vokasi memiliki potensi besar untuk menyiapkan lulusan yang kompeten, inovatif, dan siap berkontribusi dalam membangun kemandirian ekonomi berbasis pertanian.
Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi besar adalah minyak atsiri. Indonesia menjadi negara ketiga di dunia yang memproduksi minyak atsiri. Saat ini minyak nilam atau minyak atsiri mendominasi ekspor minyak atsiri Indonesia dengan volume mencapai 1.500 ton/tahun yang tersebar ke berbagai negara, seperti Prancis, Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Swiss, dan Singapura.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK, Tatang Muttaqin, menyampaikan bahwa selaras dengan visi Presiden Republik Indonesia 2025-2029, yaitu Bersama Indonesia Maju, Menuju Indonesia Emas 2045, yang dituangkan ke dalam asta cita, diperlukan kerja sama seluruh putra-putri terbaik bangsa untuk mewujudkan Indonesia setara negara maju di tahun 2045.
Pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dan berdaya saing global, khususnya di sektor pertanian dan turunannya.
“Kita bisa melihat bagaimana riset minyak nilam sudah demikian maju dan mudah-mudahan bisa terus dikembangkan dan didukung produksinya melalui pertanian yang didukung SMK,” ucap Tatang.
Tatang juga menekankan bahwa pendidikan vokasi diharapkan untuk menekankan aspek skills yang dimiliki lulusan yang kemudian bisa dikonversi menjadi pendapatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Semakin banyak keterampilan yang dimiliki semakin besar peluang meningkatkan taraf hidup individu. Salah satu jalan menuju tujuan tersebut adalah kewirausahaan di bidang pertanian.
“SMK perlu menangkap peluang pasar yang diselaraskan dengan kompetensi keahlian yang diampu oleh sekolah masing-masing. semoga kegiatan ini dapat memotivasi sekolah dan para guru untuk menghasilkan produk inovasi dan hasil karya yang bisa dipasarkan di market,” ucap Tatang.
Senada dengan Dirjen Tatang, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan, Arie Wibowo Khurniawan, menuturkan bahwa industri minyak atsiri merupakan sektor yang memiliki potensi besar, baik pasar domestik dan internasional. Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama di industri ini. Penguatan SMK bidang pertanian untuk mendalami peluang ini menjadi penting untuk memastikan SMK pendidikan vokasi siap memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi berbasis kearifan lokal.
“Sinergi antara pendidikan vokasi dan DUDI serta perguruan tinggi ini dapat memperkuat posisi SMK sehingga lulusan SMK semakin siap menghadapi tantangan global. Semoga kegiatan ini semakin menguatkan komitmen untuk memajukan pendidikan vokasi di Indonesia,” ujar Arie.
Dalam kesempatan ini, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Marthunis, menyampaikan bahwa pendidikan vokasi bukan sekedar pendidikan. Terdapat harapan dari pendidikan vokasi untuk mendorong ekonomi baik dari sisi ketenagakerjaannya maupun dari peningkatan nilai tambah.
Tahun 2024, 1/3 dari struktur ekonomi Aceh bertumbuh dari pertanian. Kaitannya dengan komoditas minyak nilam, di Aceh terdapat perguruan tinggi yang telah berhasil mengembangkan teaching factory (Tefa) nilam berbasis hasil riset.
“Keberhasilan ini dapat menjadi inspirasi dan mengimbas Tefa SMK khususnya yang bergerak di bidang pertanian. Di sini saya melihat peran SMK sangat besar yang berpotensi untuk mengembangkan komoditas ekspor minyak nilam,” ucap Marthunis.
Sementara itu, Direktur Utama Atsiri Research Center, Universitas Syiah Kuala, Syaifullah Muhammad, menuturkan bahwa Indonesia menjadi memasok 90% kebutuhan nilam dunia dan menjadi pemasok terbesar minyak atsiri dunia. Apabila dalam waktu enam bulan, Indonesia tidak ekspor, beberapa perusahaan yang bergerak di bidang parfum dan bidang lain yang membutuhkan nilam akan mengalami kesulitan produksi.
Terdapat sekitar 200 macam minyak atsiri di dunia dan 40 di antaranya sudah dilakukan trading internasional antar negara. Kebutuhan minyak nilam dunia per tahun mencapai 2.500 ton dan kebutuhan ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Minyak nilam dari Indonesia khususnya dari Aceh adalah yang minyak atsiri terbaik di dunia menurut mitra di Prancis.
“Terdapat delapan faktor utama yang menentukan kesuksesan bisnis minyak atsiri, salah satunya adalah kemitraan pentahelix. Untuk mengembangkan peluang ini, institusi pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus bermitra,” ucap Syaifullah.
Dengan adanya webinar ini, diharapkan para siswa SMK semakin tertarik dan siap mengambil peran dalam industri minyak nilam, baik sebagai tenaga kerja maupun pengusaha muda. Eksistensi lulusan SMK dalam industri ini diyakini mampu membantu Indonesia mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar global minyak atsiri. (Aya/Dani)