Duo Poltek Kerja Sama Penuhi Kebutuhan Tapioka di Riau

Payakumbuh, Ditjen Diksi -- Persoalan terbatasnya ketersediaan tapioka untuk memenuhi kebutuhan sejumlah pabrik di Riau, menjadikan provinsi tersebut berupaya mendorong Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan di kabupaten/kota, termasuk perguruan tinggi untuk menggandeng petani.

Tercatat, kebutuhan terbesar tapioka sebagai bahan pelentur atau pelicin dan penutup pada pada bahan kertas untuk PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) dan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) lebih dari 4.000 ton per bulan, sedangkan yang tersedia di Provinsi Riau baru mencapai 500 ton.

Alhasil, Politeknik Negeri Bengkalis bersama Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Payakumbuh mencoba memaanfaatkan peluang tersebut dengan melakukan kerja sama penelitian budidaya ubi kayu sebagai tanaman penghasil tapioka.

“Kita coba menjalin kerja sama dengan Politani Payakumbuh untuk pengembangan budidaya ubi kayu. Sehingga, produk dan hasil ubi kayu ataupun tapioka yang dihasilkan nantinya sesuai dengan sepsifikasi dan standar yang ditetapkan pihak industri,” ucap Direktur Politeknik Negeri Bengkalis, Johny Custer pada penandatanganan kerja sama riset dan penelitian ubi kayu di Kampus Politani Payakumbuh, Tanjung Pati, Riau, bersama dengan Harmailis, Wakil Direktur I Politani Payakumbuh, beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, selama ini daerah penghasil ubi kayu terbanyak di Riau adalah Bengkalis dan Kampar. Namun, produksi ubi kayu yang dihasilkan belum memenuhi secara kuantitas dan kualitas seperti yang diinginkan industri IKPP dan RAPP.

Berdasarkan informasi yang didapat, pihak pabrik juga sudah mencoba mendatangkan dari luar Riau yakni dari Provinsi Lampung. Akan tetapi, hal tersebut juga masih jauh dari harapan.

“Untuk memenuhi kebutuhan tapioka selama ini, PT Indah Kiat justru melakukan impor dari Thailand,” ujar Armadi, Humas PT Indah Kiat Pulp and Paper. (Diksi/Israr/AP/NA)