Dukung OMAI, Polban Kembangkan Mesin Enkapsulasi Halal

Dukung OMAI, Polban Kembangkan Mesin Enkapsulasi Halal


 

Bandung, Ditjen Vokasi - Tim Riset EnkapsulasitekPoliteknik Negeri Bandung (Polban) berhasil mengembangkan inovasi mesin enkapsulasi nongelatin yang halal dan ramah vegetarian. Mesin ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga risetindustri kecil, maupun UMKM bidang obat modern asli Indonesia (OMAI). Inovasi ini sekaligus menjadi salah satu dukungan pendidikan vokasi terhadap industri halal di Indonesia. 

 

Ketua tim periset EnkapsulasitekPolban, Budi Triyono, mengatakan bahwa ide pengembangan mesin enkapsulasi nongelatin ini bermula dari penggunaan kapsul lunak yang terus meningkat saat ini. Kapsul-kapsul lunak tersebut biasanya diaplikasikan pada produk-produk farmasi, seperti obat-obatan, vitamin, suplemen, dan mineral. 

 

Namun sayangnya, material yang digunakan pada kapsul lunak biasanya menggunakan gelatin. Gelatin sendiri merupakan produk hidrolisis kolagen yang berasal dari kulit, jaringan, dan tulang sapi/kerbau atau babi. Di negara-negara nonmuslim, gelatin biasanya menggunakan tulang babi. Sementara itu, untuk konsumsi negara muslim, gelatin umumnya menggunakan tulang sapi. 

 

Selain rentan dengan isu halal, kapsul lunak gelatin ini juga tidak ramah untuk kalangan vegetarian karena mereka memang tidak mengonsumsi produk hewani, kata Budi. 



 

Berangkat dari kondisi tersebut, Polban kemudian berinovasi dengan mengembangkan mesin enkapsulasi menggunakan material nongelatin yang lebih ramah untuk vegetarian dan dipastikan kehalalannya. Material yang digunakan berasal dari karaginanyang berasal dari ekstrak rumput laut. Bahan tersebut tak lain merupakan hasil penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah didaftarkan patennya tahun lalu. 

 

Sebenarnya potensi tanaman Indonesia yang bisa dikembangkan menjadi material nongelatin cukup banyak, tetapi memang belum banyak yang meneliti,” tambah Budi. 

 

Masih menurut Budi, inovasi mesin enkapsulasi ini sendiri merupakan hasil pengembangan/penyempurnaan inovasi yang dilakukan sebelumnya oleh Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB. “Kami kemudian melakukan penyempurnaan untuk meningkatkan keandalannyasehingga menjadi mesin yang layak produksi,” jelasnya. 

 

Penyempurnaan yang dilakukan oleh tim dari Polban, antara lain penyempurnaan pada sistem mekanik, instrumentasi, dan sistem kontrol mesin. Kapasitas produksi mesin juga ditingkatkan menjadi 500-2.000 kapsul lunak per jam, dari yang sebelumnya sekitar 100 kapsul lunak per jam. 

 

Dari sisi ukuran, mesin pengembangan tim enkapsulasi inovasi Polban juga lebih besar dari yang dikembangkan oleh ITB. Namun, ukuran mesin inovasi Polban ini masih jauh lebih kecil dari mesin-mesin enkapsulasi gelatin yang umumnya berukuran besarsehingga hanya cocok untuk skala industri-industri kecil. Mesin enkapsulasi kami ukurannya lebih kecil sehingga cocok untuk skala laboratorium maupun untuk industri-industri kecil seperti UMKM, kata Budi. 

 

Meskipun masih membutuhkan riset kolaboratif lanjutan untuk terus meningkatkan kinerja mesin, hasil penelitian inisudah dapat dimanfaatkan oleh lembaga riset atau industri, khususnya UMKM bidang OMAI. Mesin ini dapat digunakan untuk memproduksi obat asli Indonesia, khususnya untuk produksi obat herbal cair yang membutuhkan kemasan dalam bentuk kapsul lunak, seperti ekstrak jahe, virgin oil, minyak ikan, vitamin E, ekstrak mengkudu, ekstrak buah merah, dan ekstrak daun jambu. 

 

Produk yang dihasilkan dari bahan alam tersebut umumnya memiliki kelemahan dari sisi stabilitasnya karena mudah teroksidasi serta peka pada perubahan suhu dan lingkungan. Dengan dibuat menjadi bentuk kapsul lunak maka stabilitas produk bahan alam tersebut akan dapat diperbaiki dan ditingkatkan sekaligus. Produk akan ada di bagian dalam dari kapsul lunak dan terlindungi oleh material yang bertindak sebagai kulit terluar dari kapsul lunak tersebut, terang Budi. 



 

Sebagai informasi, penelitian ini merupakan salah satu praktik baik dari program Riset Keilmuan Terapan Dosen PT Vokasi tahun 2021/2022 yang didanai oleh Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP). Tim riset EnkapsulasitekPolban sendiri merupakan kolaborasi dosen dan mahasiswa dari tiga prodi berbeda yang berasal dari tiga jurusan di Polban, yaitu Jurusan Teknik Mesin, Teknik Kimia, dan Teknik Elektronika. 

 

“Semoga penelitian ini bisa menjadi percontohan untuk meningkatkan atmosfer riset dan kolaborasi antarprodi di politeknik atau di perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi (PTPPV), khususnya Polban,” tambah Budi.  

 

Selain Budi Triyono, tim periset EnkapsulasitekPolban lainnya adalah Undiana Bambang, Edi Wahyu Sri Mulyono, Dadan Nurdin Bagenda, Albert Daniel Saragih, dan Aqil Mubarak Suherman. (Nan/Cecep Somantri)