Dua Barista Alumni Program PKW Ini Unggulkan Konsep Slow Bar Coffee
Bandung, Ditjen Vokasi - Dua pemuda alumnus kursus dan pelatihan berhasil mewujudkan mimpi untuk memiliki kedai kopi. Hal yang menurut mereka hanya angan, kini berada dalam genggaman. Kedua barista penuh talenta tersebut adalah Hilmi Nibras dan Cecep Suryana. Dengan konsep slow bar coffee, mereka pun sukses menyajikan cita rasa kopi yang penuh cerita.
Slow bar coffee garapan dua barista itu mengutamakan pengalaman personal dalam racikan kopi dengan lebih santai tidak terburu-buru, mendalami rasa kopi itu sendiri. Mereka adalah alumni program Pendidikan kecakapan Wirausaha (PKW) di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Duta Persada, Bandung, Jawa Barat.
“Saat ini kami fokus pada sajian kopi. Untuk menambah daya tarik dan menciptakan suasana ngopi yang lebih enak, kami berkolaborasi bersama teman-teman,” papar Hilmi.
Kedua pemuda asal tanah priangan tersebut mengelola kedai kopi Eksarasi Kopi yang berada di Ujung Berung, Bandung. Kedai kopi tersebut pun menjadi mitra LKP Duta Persada dalam pelaksanaan pembelajaran untuk kelas barista.
“Saya lulusan PKW 2023, Cecep lulus tahun 2024. Sekarang kami membuka coffee shop dengan konsep slow bar dan menjadi mitra untuk LKP Duta Karya tempat kami belajar dulu,” ungkap Hilmi
Pengalaman dari Program PKW
Hilmi sebagai alumnus lulusan SMK Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak mengaku tidak memiliki dasar tentang penyeduhan kopi dan hanya menjadi penikmat kopi. Sementara itu, Cecep sejak 2019 memang tertarik dengan kopi, dari proses penanaman hingga pengolahan jadi kopi. Mereka berdua pun mengasah keterampilan melalui program PKW secara gratis.
Selama mengikuti program PKW, Hilmi dan Cecep mendapat beragam ilmu pengolahan dan penyajian kopi, seperti basic cupping, manual brew, espresso, latte art, hingga manajemen. Tak hanya itu materi mengenai digital branding dan hospitality pun menjadi bekal berwirausaha. Usai menyelesaikan program PKW, mereka mendapat bantuan modal berupa alat atau mesin kopi dan biji kopi untuk memulai usaha.
Dari ilmu barista yang diperoleh dari LKP Duta Karya, Hilmi dan Cecep berhasil mendapatkan formula house blend, campuran biji kopi Arabika dari Gunung Tilu dan biji kopi Robusta dari Temanggung sebagai racikan khas coffee shop mereka.
“Bantuan mesin kopi ini benar-benar jadi modal yang luar biasa, untuk kami yang baru memulai usaha,” kata Cecep.
Pasang Surut Usaha Kedai Kopi
Seperti umumnya perjalanan usaha, Hilmi dan Cecep pun mengalami pasang surut dalam menjalankan bisnis kedai kopinya. Belum setahun berjalan, mereka dapat mengantongi omzet antara Rp400 ribu hingga Rp2 juta per minggu, tergantung tingkat keramaian.
“Pasar utama kami memang anak-anak muda, biasanya waktu ramai saat weekend atau malam minggu. Sekarang kami sedang fokus untuk mewujudkan rencana pindah ke lokasi yang lebih dekat dengan salah satu kampus di Bandung,” ujar Cecep.
Hilmi dan Cecep memang masih di titik awal bisnisnya, perjalanan mereka masih panjang. Namun, dengan konsistensi, kemauan untuk belajar dan mencoba di usia muda mereka, peluang untuk berhasil akan selalu ada. Sukses di usia muda sangat mungkin diraih, dengan bekal kemauan bekerja dan belajar.
“Bisnis coffee shop memang tidak mudah, banyak sekali warung kopi yang menjamur di kota besar. Mesti berani mencoba dan belajar, dan menciptakan karakter sendiri untuk membuat perbedaan dari yang lain,” tutup Hilmi.
Kedua barista muda tersebut pun tampil unggul menyajikan kopi pada Gelar Hasil Karya Peserta Didik Kursus dan Pelatihan 2024 lalu di Jakarta. Dengan kepiawaian mereka, para tamu anjungan dapat menikmati secangkir kopi. (Ditsuslat/Zia/Cecep)