Dosen dan Mahasiswa Polban Sukses Kembangkan Mesin Penyulingan Minyak Atsiri Otomatis
Bandung, Ditjen Vokasi – Kolaborasi dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Bandung (Polban) yang tergabung dalam tim Atsiriwangi berhasil mengembangkan prototipe mesin penyulingan minyak atsiri otomatis berkapasitas 300 liter. Mesin penyulingan minyak atsiri ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan mesin yang ada saat ini.
Ketua tim riset Atsiriwangi, Harita Nurwahyu Chamidy, LRSC., M.T., mengatakan bahwa pengembangkan prototipe mesin penyulingan minyak atsiri ini merupakan hasil optimalisasi terhadap mesin penyulingan minyak atsiri yang selama ini diproduksi oleh CV GeoChem BioIndustri Mandiri. Mesin penyulingan minyak atsiri produksi CV GeoChem BioIndustri yang ada selama ini dinilai memiliki sejumlah kelemahan yang dapat berpengaruh terhadap kualitas minyak atsiri yang dihasilkan.
“Jadi, kami ingin menambahkan sentuhan teknologi untuk meningkatkan performa dari mesin penyulingan minyak atsiri yang diproduksi oleh mitra kami ini (CV GeoChem BioIndustri, red) yang selama ini banyak digunakan di sentra-sentra minyak atsiri,” kata Harita beberapa waktu lalu.
Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dan berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Selama ini, minyak atsiri sendiri banyak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan, hingga obat-obatan. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri tersebut biasanya dilakukan melalui proses penyulingan. Parameter keberhasilan dari penyulingan minyak atsiri adalah kualitas minyak atsiri memenuhi standar yang berlaku dan rendemen yang tinggi.
Menurut Harita, selama ini sentra industri minyak atsiri banyak menggunakan mesin-mesin penyulingan yang terbuat dari bahan besi, termasuk mesin penyulingan minyak atsiri yang diproduksi oleh CV GeoChem BioIndustri. Padahal, penggunaan bahan besi berpotensi menghasilkan pengotor yang dapat terbawa dalam minyak atsiri dan mengurangi kualitas minyak atsiri yang dihasilkan.
Selain itu, beberapa permasalahan lain yang ditemukan pada mesin-mesin penyulingan minyak atsiri selama ini adalah keterbatasan jenis bahan bakar, sistem pemanas yang tidak cukup konstan selama proses penyulingan, dan proses kondensasi produk yang kurang maksimal. Hal tersebut berdampak pada kemurnian dan rendemen produk yang dihasilkan.
“Karena kondisi itulah, kami di tim Atsiriwangi mencoba meningkatkan performa pada mesin penyulingan minyak atsiri ini dengan membuat prototipe dari mesin penyulingan yang sudah ada, tetapi kami kemudian kami optimalkan dengan inovasi-inovasi baru,” kata Harita.
Optimalisasi mesin dilakukan pada mesin penyulingan minyak atsiri berkapasitas 300 liter yang selama ini banyak digunakan masyarakat. Optimalisasi tersebut meliputi optimalisasi pada sistem bahan bakar, sistem pemanas, otomasi kendali suhu dan tekanan, dan sistem pendingin sederhana.
“Untuk prototipe mesin penyulingan minyak atsiri, kami membuatnya dengan material stainless steel untuk meningkatkan kualitas produk minyak atsiri,” kata Harita.
Masih menurut Harita, optimasi pada sistem bahan bakar dilakukan dengan menyediakan alat boiler sebagai pensuplai steam dan dilengkapi alat tungku sebagai sistem bahan bakar jika pada proses penyulingan menggunakan bahan bakar padat.
“Bahan bakar padat dapat diperoleh dari berbagai macam limbah energi yang tersedia di sekitar UMKM minyak atsiri, seperti kayu bakar, oli bekas, sisa potongan kayu, sabut kelapa, kotoran sapi, serbuk gergaji, dan sebagainya,” Harita menambahkan.
Selanjutnya, Harita dan timnya juga melakukan optimasi pada sistem pemanas agar penetrasi steam merata. Sistem pemerata steam yang ditambahkan dalam tangki penyulingan adalah honeycomb atau penambahan ketebalan pelat perforated.
Otomasi kendali suhu dan tekanan dilakukan agar steam hanya dapat melepas dan menguapkan minyak atsiri dari bahan tanpa membakar bahan. Untuk mencapai hal tersebut, maka dibuat sebuah sistem pengendali yang terdiri dari micro controller yang mampu membaca sensor tekanan dan suhu di dalam tangki penyulingan.
“Selanjutnya, sistem pendingin sederhana direkayasa agar proses perpindahan panas menjadi lebih baik. Rekayasa sistem pendingin dilakukan dengan menggunakan kondensor bertipe shell and tube dan cooling tower,” kata Harita.
Saat ini, prototipe mesin penyulingan yang dihasilkan oleh tim Atsiriwangi sudah diuji coba dan ditempatkan di Pesantren dan Masjid Jami Asmaul Husna, Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
“Kami berharap prototipe mesin penyulingan ini dapat dipakai dan dimanfaatkan oleh para santri dan pengurus pesantren sebagai program kemandirian,” kata Harita
Sebagai informasi, selain Harita, tim riset Atsiriwangi beranggotakan sejumlah dosen lainnya, yakni Rony Pasonang Sihombing, S.T., M.Eng., Vicky Wuwung S.T., M.T., Robby Sudarman, S.Si., M.T., dan Tifa Paramitha, S.T., M.T. Sementara itu, mahasiswa yang tergabung dalam tim riset Atsiriwangi berasal dari 2 (dua) jurusan yang berbeda di Politeknik Negeri Bandung, yaitu Jurusan Teknik Kimia dan Jurusan Teknik Mesin.
Riset ini juga menjadi bagian dari program Riset Keilmuan Terapan Dosen PT Vokasi Tahun 2021/2022 yang didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). (Polban/Nan/Cecep Somantri)