Dosen dan Mahasiswa PNL Ubah Limbah Kulit Kopi Jadi Cascara

Dosen dan Mahasiswa PNL Ubah Limbah Kulit Kopi Jadi Cascara

Lhokseumawe, Ditjen Vokasi - Kulit kopi kerap dianggap sebagai limbah dan tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Di tangan tim dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL), kulit kopi yang awalnya limbah kemudian diolah menjadi cascara, sejenis minuman teh yang kaya manfaat.  

Pengolahan kulit biji kopi menjadi cascara ini tidak lepas dari penggunaan mesin pengering tenaga surya yang dirancang oleh tim dosen PNL yang tergabung dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Pada kegiatan kali ini, PNL juga turut menggandeng serta civitas academica dari Universitas Syiah Kuala, Aceh.

"Jadi, kami berkolaborasi dengan Universitas Syiah Kuala membuat kegiatan pemanfaatan kulit kopi untuk cascara menggunakan mesin pengering tenaga surya ini," kata Milawarni dari tim PKM PNL.

Ide pengembangan produk cascara atau teh dari kulit kopi sendiri, menurut Milawarni, tidak lepas dari belum termanfaatkannya kulit kopi secara maksimal oleh warga masyarakat. Selama ini, masyarakat umumnya baru memanfaatkan kulit kopi sebagai pupuk organik. 

"Kopi arabika Gayo merupakan salah satu kopi terbaik dunia dan selama ini sudah dibuktikan dengan banyaknya peminat baik dari dalam maupun dari luar negeri. Namun, ada salah satu segmen besar yang luput dimanfaatkan dan diperhatikan secara optimal oleh masyarakat, yaitu kulit kopi yang bisa diolah menjadi teh yaitu cascara," ujar Milawarni. 

Saat ini, lanjut Milawarni, khususnya di tanah Gayo, kulit kopi hanya menjadi limbah dan terbatas penggunaannya sebagai  pupuk organik saja.


"Padahal teh yang terbuat dari kulit kopi ini dapat menghasilkan hingga Rp20 miliar setiap tahunnya," tambah Milawarni. 

 

Oleh karena itu, tim dosen PNL kemudian turun ke masyarakat dan melakukan sosialisasi pembuatan cascara dan penggunaan mesin pengering tenaga surya untuk mengolah kulit kopi menjadi cascara. 

Proses pembuatan cascara, menurut Milawarni, sangat mudah dan sederhana, di mana biji kopi yang telah dipanen kemudian dicuci dan pisahkan kulit bijinya. Kulit biji yang digunakan adalah kulit biji yang berwarna merah matang yang akan mempengaruhi kualitas dan rasa dari cascara yang dihasilkan. Selanjutnya, kulit biji kopi ini dikeringkan. 

"Kami memperkenalkan teknologi mesin pengering dengan tenaga surya dalam proses pembuatan cascara ini," tambah Milawarni. 

Oven pengering yang dirancang Milawarni dan rekan-rekannya di tim PNL merupakan oven pengering bertenaga surya. Mesin ini memiliki kapasitas 6 kilogram. Mesin ini mampu mengurangi kadar air dari kulit kopi hingga mencapai kadar 8 persen secara cepat dan efisien. 

"Kalau dengan pengeringan manual menggunakan cahaya matahari perlu waktu sekitar 20 hari atau bahkan lebih jika cuacanya tidak bagus, seperti mendung," tambah Milawarni. 

Dengan menggunakan teknologi pengeringan ini, proses pengeringan bisa 30 persen lebih cepat. Hasil yang dihasilkan juga sempurna karena tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain sebagaimana jika menggunakan pengeringan terbuka di bawah sinar matahari. 

"Oven pengering tenaga surya ini juga mampu bekerja 24 jam penuh sehingga lebih efisien," tambah Milawarni. (PNL/Nan/Cecep)