Ditjen Pendidikan Vokasi Perkuat ‘Link and Super-match’ pada 2021
Ditjen Pendidikan Vokasi Perkuat ‘Link and Super-match’ pada 2021
Jogjakarta, Ditjen Diksi – Meski masa pandemik masih melanda Indonesia maupun global, namun sejatinya geliat perekonomian negeri ini harus tetap berjalan. Demikian juga dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud yang akan terus memperkuat program andalannya, “link and super-match” untuk tahun 2021 ini. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto pada saat pembukaan “Rapat Koordinasi dan Kick Off Program Direktorat Pendidikan Vokasi Tahun Anggaran 2021” yang berlangsung sesuai dengan protokol kesehatan nan ketat di Jogjakarta, 3-6 Februari 2021.
“Kick Off Program Ditjen Pendidikan Vokasi 2021 akan memuat strategi ‘link & super-match’ yang dimiliki oleh masing-masing direktorat melalui program utamanya, serta diselaraskan dengan program Direktorat Kemitraan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI),” terang Wikan.
Pada Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi misalnya, terdapat penguatan prodi vokasi dengan target 120 kampus, upgrading D3 menjadi D4 atau sarjana terapan sebanyak 200 prodi, serta SMK-D2 Jalur Cepat dengan target 50 prodi dan ratusan SMK. Lalu untuk Kampus Merdeka direncanakan melibatkan sekitar 15 ribu mahasiswa melalui sertifikasi kompetensi, magang, kewirausahaan, PKM, dan KKN.
Lalu pada Direktorat SMK akan dilakukan program SMK Pusat Keunggulan (PK) yang menargetkan 900 SMK pada 2021. “Adapun yang dulunya sudah CoE, boleh daftar lagi untuk menuntaskan ‘link and match’. Nantinya, masing-masing SMK akan didampingi oleh kampus vokasi,” tutur Wikan.
Sementara itu Direktorat Kursus dan Pelatihan akan menggelar program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW). Pada tahun 2021 ini ditargetkan program PKK dapat melibatkan 50 ribu orang dan PKW sebanyak 16.678 orang, plus penguatan terhadap 300 LKP.
SDM Harus Kompeten
Wikan juga menjelaskan bahwa fokus strategi 2021 adalah mencapai goal terbesar, yakni menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan unggul, beserta riset terapan yang menghasilkan produk atau hasil serapan bagi masyarakat. “Ini yang harus terjadi di pendidikan vokasi, indikatornya semisal berapa ribu jumlah peserta didik yang magang dan berapa jumlah expert yang masuk SMK,” ujarnya.
Wikan menambahkan, industri sendiri juga tidak bisa begitu saja menyerap tenaga kerja dari pendidikan vokasi. Alhasil, hal tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan vokasi yang memang harus menghasilkan lulusan yang kompeten.
Pada kesempatan tersebut, Wikan kembali menyampaikan paket 8+1 yang mencakup kurikulum yang disusun bersama, pembelajaran berbasis project riil dari DUDI, pengajar expert dari DUDI, magang/praktik kerja industri, sertifikasi kompetensi, training pengajar oleh DUDI, riset terapan yang mengahsilkan produk bagi masyarakat, komitmen serapan oleh DUDI, serta beasiswa maupun bantuan lainnya dari DUDI. Di samping itu, disampaikan juga yang menjadi kebijakan dan program utama Ditjen Pendidikan Vokasi, yakni training leadership dan mindset seluruh SDM vokasi, SMK Pusat Keunggulan, Kampus Merdeka Vokasi, Upgrading D3 menjadi D4 atau sarjana terapan, SMK-D2 Jalur Cepat yang melibatkan perguruan tinggi vokasi dan DUDI, serta PKK dan PKW.
Tak ketinggalan, Ditjen Pendidikan Vokasi juga bakal menggeliatkan re-branding vokasi yang melibatkan generasi muda, orang tua, DUDI maupun piihak-pihak lainnya. Re-branding sendiri, di antaranya akan memuat berbagai keunggulan yang dihasilkan dari pendidikan vokasi. “Kita akan ceritakan ke dunia melalui re-branding vokasi,” tutur Wikan.
Wikan pun menambahkan, semua strategi tersebut juga difokuskan pada dukungan nyata kami pada program “ Gerakan Bangga Buatan Indonesia”. “Kami juga memiliki program utama lainnya, yakni “Bela Beli Produk Vokasi”. Caranya, membela produk vokasi dengan membeli produk vokasi. Misalnya, setiap politeknik harus pakai batik buatan SMK di sekitarnya,” terangnya.
Sementara itu Sekretaris Ditjen Pendidikan Vokasi Henri Tambunan juga turut menyampaikan capaian kinerja dan realisasi anggaran tahun 2020 beserta program kerja dan anggaran tahun 2021. Realisasi anggaran 2020 tercatat mencapai 91,06 persen. “Yang terpenting bukan target yang tercapai, tapi outcome-nya,” ujarnya.
Selain itu, tambah Henri, masa pandemik ini juga berdampak pada realisasi kelulusan pendidikan vokasi. “Tugas kita pada 2021 agar tercapai. Meski, beberapa program juga tercatat melebihi target, misalnya pendidikan SMK yang berstandar industri. Adapun nilai kinerja mencapai 94,56 persen,” tuturnya.
Sebagai penutup sambutan acara tersebut, Dirjen Wikan beserta Sekretaris Ditjen Pendidikan Vokasi dan para Direktur di lingkungan melakukan penekanan tombol bersama sebagai tanda dimulainya program Ditjen Pendidikan Vokasi 2021 Ditjen Pendidikan Vokasi, serta menyampaikan salam hormat kepada para peserta yang hadir di kegiatan tersebut. (Diksi/AP)