Direktorat PNFI Gandeng Komunitas Gelar Berbagi Praktik Baik Pelibatan Relawan Mengajar

Direktorat PNFI Gandeng Komunitas Gelar Berbagi Praktik Baik Pelibatan Relawan Mengajar

Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK – Pendidikan bermutu dan inklusif bagi seluruh anak bangsa tidak bisa hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi masyarakat. Hal itu menjadi langkah Direktorat Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal (PNFI), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Ditjen Vokasi PKPLK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk menyelenggarakan kegiatan “Praktik Baik Relawan Mengajar”, Senin (3/3) melalui siaran Zoom Meeting.


Relawan Mengajar adalah salah satu wujud nyata dari partisipasi untuk mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua. Program ini merupakan sebuah gerakan yang memungkinkan masyarakat terlibat langsung dalam memberikan layanan pendidikan bagi mereka yang memiliki keterbatasan akses. 


Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK, Tatang Muttaqin, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini. Menurutnya, tanpa pendidikan yang berkualitas, sangat kecil kemungkinan bangsa bisa maju. 


“Melalui kegiatan ini, kita belajar dari para relawan yang telah turun langsung ke lapangan sehingga dapat memperkuat ekosistem pendidikan alternatif yang inklusif dan berkelanjutan,” jelas Tatang dalam sambutannya.


Tatang pun menjelaskan lebih lanjut bahwa pendidikan adalah kunci untuk menjangkau seluruh anak Indonesia. Program ini sejalan dengan visi besar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.


Senada dengan itu, Arif Jamali selaku Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Pembelajaran dan Sekolah Menengah, menyatakan bahwa untuk mewujudkan pendidikan bermutu, ada empat faktor utama yang harus diperhatikan, yakni pendidik yang kompeten, akses pendidikan yang inklusif, model pembelajaran yang adaptif, serta partisipasi masyarakat.


“Kekurangan tenaga pengajar di berbagai wilayah menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, Relawan Mengajar menjadi solusi alternatif yang perlu diperkuat melalui kebijakan afirmatif dan sinergi dengan berbagai pihak,” jelasnya.


Peran Relawan Wujudkan Pendidikan Alternatif yang Bermutu


Masih dalam kesempatan yang sama, Direktur PNFI, Baharudin, menyebutkan adanya peran besar relawan dalam menjalankan visi Kemendikdasmen. Menurutnya, kegiatan ini menjadi langkah awal dalam memahami lebih dalam praktik baik yang telah diterapkan oleh para relawan mengajar di lapangan.


“Diskusi awal ini akan ditindaklanjuti dengan pembahasan baik secara internal maupun dengan eksternal yang lebih fokus pada kebijakan yang akan diambil,” ujarnya. 

Kegiatan ini pun dihadiri oleh Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kemendikdasmen, Mariman Darto. Dalam paparannya Darto menyoroti bahwa program Relawan Mengajar adalah bagian penting dari upaya menuntaskan permasalahan anak usia sekolah tidak sekolah (ATS).


“Kita perlu memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, baik melalui jalur formal maupun alternatif. Partisipasi semesta menjadi kunci dalam mencapai tujuan ini,” ungkapnya. 


Hal ini sejalan dengan agenda prioritas pembangunan sumber daya manusia (SDM) dalam Astacita ke-4, yang menekankan pentingnya pendidikan berkualitas bagi semua anak, termasuk mereka yang tidak dapat mengakses sekolah formal.



Kegiatan ini juga menghadirkan perwakilan dari organisasi relawan pendidikan, seperti Gerakan Mengajar Desa (GMD) yang diinisiasi oleh Gardian Muhammad dan Jaringan Pendidikan Alternatif yang diwakili oleh Monika Irayati. Gardian menceritakan bagaimana Gerakan Mengajar Desa lahir dari kegelisahannya terhadap kondisi pendidikan di daerahnya, Cianjur, yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah. Ia menekankan bahwa tantangan terbesar dalam pendidikan bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan.


“Banyak anak yang tidak melihat pendidikan sebagai kebutuhan primer. Ada anak-anak yang berasal dari keluarga mampu tetapi tetap putus sekolah karena merasa tidak perlu melanjutkan pendidikan. Inilah yang menjadi tantangan utama yang harus kita jawab,” ungkap Gardian.


Oleh karena itu, pendekatan berbasis komunitas, pelatihan relawan, serta interaksi intensif dengan masyarakat menjadi strategi utama dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan. Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak inisiatif yang muncul untuk memperluas jangkauan layanan pendidikan, terutama bagi anak-anak di daerah terpencil. (Dit. PNFI/Zia/Arifin/Dani)