Digandeng Adaro, Polanka Kembangkan Inovasi Aplikasi SUPER untuk Penanganan Stunting di Kabupaten Balangan

Digandeng Adaro, Polanka Kembangkan Inovasi Aplikasi SUPER untuk Penanganan Stunting di Kabupaten Balangan

Banjarmasin, Ditjen Vokasi - Penanganan dan pencegahan stunting pada anak di bawah lima tahun (balita) tidak hanya sekadar pemberian makanan tambahan untuk pemenuhan gizi saja. Upaya penanganan stunting juga butuh perhatian dan pendampingan intensif yang kontinu.


Menyikapi hal tersebut, Politeknik Unggulan Kalimantan (Polanka), Banjarmasin berkolaborasi dengan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) mengembangkan sistem Informasi “SUPER” untuk intervensi penanganan stunting lebih menyeluruh. Pengembangan sistem informasi SUPER ini menjadi salah satu praktik baik dari program Dana Padanan (Matching Fund) Vokasi.


Sistem informasi kesehatan berbasis aplikasi ini dikembangkan oleh tim dosen Polanka yang diketuai Yulisha Eva Oktaviani dengan menggandeng YABN. Aplikasi ini sudah diterapkan di 40 desa di Kabupaten Balangan untuk memantau tumbuh kembang balita stunting.


“Sistem informasi SUPER ini melengkapi upaya penurunan stunting yang telah dilakukan oleh YABN selama ini di Kabupaten Balangan,” kata Yulisha, yang juga merupakan Koordinator Program Studi D-3 Fisioterapi, Polanka.


Sebagai sebuah sistem informasi kesehatan, 4.0, aplikasi “SUPER” atau (Sustainable, Proactive, Empower) ini memuat data-data berupa data balita, form Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP) yang dapat dilakukan oleh orang tuanya, serta form pengukuran riwayat pemberian makan, pemberian vitamin A, serta pemberiaan obat cacing.


“Produk ini memiliki keunggulan lebih menyeluruh tidak hanya melakukan pemetaan tumbuh kembang balita, tetapi juga melakukan pendekatan sasaran dan pemberdayaan masyarakat melalui sistem digitalisasi kesehatan,” terang Yulisha.


Implementasi program SUPER dilaksanakan menggunakan metode pendampingan berbasis SIP, yakni Screening, Intervention, and Promotion (SIP), di mana kondisi balita stunting pada sistem akan diukur dengan menggunakan pengukuran pemeriksaan kesehatan secara terpadu, yaitu pemeriksaan tumbuh kembang balita menggunakan antropometri dan KPSP yang meliputi aspek motorik kasar, motorik halus, personal sosial, dan bahasa.


“Jika ditemukan kecurigaan adanya keterlambatan atau gangguan pada proses perkembangan anak, maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan Denver II Test (DDST),” Yulisha menambahkan.



Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini juga akan memuat pemantauan kondisi tumbuh kembang balita stunting yang meliputi aspek antropometri, kemampuan motorik kasar, kemampuan motorik halus, bahasa, dan sosial dari balita stunting sasaran.


“Dengan melakukan identifikasi, maka kita dapat memberitakan intervensi yang tepat bagi penanganan balita stunting khususnya balita dengan penyakit penyerta,” kata Yulisha.


Intervensi pada balita stunting dilakukan dengan pendekatan sasaran dan pemberdayaan masyarakat. Tahapan ini berisi kegiatan pendampingan, penanganan, terapi, dan konsultasi terhadap kondisi tumbuh kembang balita berdasarkan hasil screening dan potensi gangguan tumbuh kembang balita stunting yang telah dipetakan. 


Selain kegiatan screening dan intervention, juga dilakukan kegiatan promotion yang bertujuan untuk meningkatkan awareness masyarakat dan mereduksi informasi-informasi yang tidak berdasar terhadap penanganan balita stunting. 


Pendampingan berupa skrining, intervensi, dan promosi dalam penanganan stunting yang dilakukan oleh Polanka ini  mampu menekan angka stunting 2,4 persen. (Nan/Cecep)