Dari Pulau Dewata, Merias hingga Global
Bukan sekadar merias banyak tokoh tenar, LKP Agung juga turut mengenalkan adat dan budaya Bali kepada dunia.
Denpasar, Ditjen Vokasi – Nama Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Agung yang berlokasi di Denpasar, Bali, tampaknya sudah tidak asing lagi. Pasalnya, lembaga yang memiliki program tata kecantikan kulit, tata kecantikan rambut, dan program unggulan tata rias pengantin Bali ini sudah sering berpartisipasi dalam kegiatan berskala nasional maupun internasional.
“Dimulai dari pemerintahan Gubernur Ida Bagus Oka periode 1988 sampai sekarang. Selain itu, kami juga sering dipercaya oleh Ibu Menteri PP & PA saat ini, Ibu Bintang Puspayoga, serta Pemerintah Provinsi Bali untuk merias para menteri dan pejabat,” ujar Ayu Ketut Agung, pendiri LKP Agung.
Menurut perempuan yang akrab disapa Bu Agung ini, Ibu Bintang dan Pemerintah Provinsi Bali-lah yang merekomendasikan LKP Agung untuk ikut berpartisipasi dalam merias menteri perempuan maupun istri menteri dari berbagai negara, panitia, sampai pagar ayu dalam hajatan internasional KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu.
Lantas, bagaimana persiapan LKP Agung dalam mendukung momen bertaraf global tersebut? “Tidak ada persiapan yang sangat detail karena kami sudah memiliki pengalaman meng-handle kegiatan yang sama. Keperluan make-up, busana, dan tata rias rambut sudah lengkap tersedia di lembaga kami,” tutur Bu Agung.
Ciri khas yang melekat event tersebut, tambah Bu Agung, adalah penyematan tata rias dan busana adat Bali. “Kami juga menggunakan tata rambut Tengkuluk Lelunakan dan Pusung Tagel yang menjadi ciri khas Budaya Bali,” terangnya.
Bu Agung menjelaskan, pihaknya melibatkan 25 orang perias, baik dari alumni LKP Agung maupun peserta didik PKW 2022. Dirinya pun mengaku tidak ada tantangan yang berarti dalam merias para peserta tersebut karena LKP melaksanakannya dengan senang hati serta berkoordinasi dengan berbagai pihak.
“Hal unik yang sangat berkesan bagi kami adalah pemeriksaan dan protokol yang sangat ketat sehingga kami saat merias harus dijaga dan didampingi oleh Satuan Brimob,” kisah Bu Agung.
Bu Agung pun merasa senang karena hasilnya sangat sesuai dengan yang diharapkan. “Kami bersyukur peserta sempat mengucapkan terima kasih dan sangat menyukai hasil rias wajah, rambut, dan busana yang kami pakaikan,” ungkapnya.
Bu Agung pun menyebutkan, keikutsertaan LKP tersebut menjadi langkah penting bagi pihaknya berkesempatan untuk mendukung KTT G20, mulai awal rangkaian acara sampai di penutupan. “Kami sangat menantikan kesempatan besar seperti ini di masa yang akan datang agar dapat memperkenalkan budaya Bali dan Indonesia lebih luas lagi,” tuturnya.
Bermula dari Salon
Memiliki latar belakang seorang guru SD, Bu Agung mengaku memiliki banyak waktu luang hingga belajar keterampilan merias dari sang nenek yang notabene seorang perias. “Awalnya saya memiliki usaha kecil yang bernama Salon Agung,” katanya memulai kisah.
Terbiasa merias kaum ibu pejabat yang datang ke Bali, membuat Bu Agung kebanjiran mereka yang ingin belajar, dari tata rias wajah sampai rias pengantin. “Hal itu memberikan saya ide untuk membagikan ilmu tata rias yang saya miliki kepada banyak orang,” ujarnya.
Dengan ketekunan dan usahanya, LKP Agung pun dapat berkembang dan menjadi lembaga yang sudah meluluskan 10.800 peserta didik. “Saya juga berkesempatan untuk selalu berkomitmen melestarikan dan memperkenalkan budaya Bali dari segi tata rias dan busana adat yang baik dan benar. Kebetulan sangat didukung oleh pemerintah daerah,” ujarnya.
Kepiawaian merias Bu Agung pun berbuah manis hingga dirinya berkesempatan merias ibu negara dari pemerintahan Presiden Soeharto sampai sekarang. “Saya juga bersyukur dapat mengajak peserta didik untuk merias pada event-event besar skala nasional maupun internasional sehingga mereka memiliki pengalaman yang sangat berharga,” terangnya.
Merias dalam Bus hingga Ibu Negara
Sejak mulai aktif merias pada 1988 silam, tak sedikit momen berkesan yang dirasakan Bu Agung. Menurutnya, event besar yang tak pernah dilupakan adalah kala dirinya berkesempatan ikut dalam gelaran “50 Tahun India Merdeka”. Pada momen tersebut, dirinya berkesempatan merias ibu-ibu istri bupati se-Bali dan pejabat negara yang hadir ke India mengisi acara mewakili Indonesia. “Saya merias di dalam bus, dengan ruang yang sangat minim dalam kondisi bus berjalan,” kenangnya.
Beberapa momen lain yang berkesan bagi Bu Agung, di antaranya adalah menerima kunjungan dari peserta “Annual Meetings of the International Monetary Fund and the World Bank Group” serta kedatangan tamu peserta IMF yang datang berkunjung ke LKP Agung, yang sempat berswafoto menggunakan busana adat Bali.
“Saya juga bangga bisa menyumbang sepasang Tata Rias Pengantin Bali berupa busana dan aksesori pengantin Bali untuk dipajang di Multi Culture di Korea Selatan sebagai perwakilan Budaya Indonesia,” tutur Bu Agung.
Berkat keahlian serta pengalaman beliau di bidang Tata Rias Bali, Bu Agung dipercaya untuk mendandani Ibu Negara (almarhumah) Ibu Ani Yudhoyono selama sepuluh tahun berturut-turut pada perhelatan Pesta Kesenian Bali. Selain itu juga, Ibu Agung dipercaya untuk mendandani Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan para istri Menteri Kabinet Indonesia Maju dalam acara-acara kenegaraan yang diadakan di Bali.
Belum cukup? LKP Agung juga berkesempatan merias 70 finalis Miss Global 2022 pada bulan Juni 2022 lalu. “Para ginalis Miss Global berias di LKP Agung dan ikut menikmati tarian serta gamelan sebagai hiburan yang kami suguhkan,” kata Bu Agung.
Hingga terakhir, pada November tahun ini, LKP Agung diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan KTT G20, yakni untuk merias dalam kegiatan “Ministerial Conference On Women’s Empowerment (MCWE)” dan panitia, serta pagar ayu saat acara pembukaan dan penutupan puncak acara KTT G20 di Bali. “Semua event yang yang saya lewati adalah hal menarik karena selalu mendapatkan banyak pengalaman,” ujar perempuan yang menyandang gelar doktor ini.
Tak ketinggalan, Bu Agung juga berharap agar masyarakat dapat selalu menjaga warisan budaya Bali yang dimiliki dan dapat menarik banyak wisatawan agar ekonomi di Bali kembali pulih serta taraf hidup masyarakat Bali dapat meningkat. Pasalnya, “Busana adat Bali juga dapat menjadi media promosi pariwisata Bali, seperti saat dilaksanakannya KTT G20,” jelasnya. (AP/NA)