Dari Produksi Pupuk Organik di Sekolah, SMK 1 Pemda Ponorogo Mampu Berikan Layanan Pendidikan Gratis

Dari Produksi Pupuk Organik di Sekolah, SMK 1 Pemda Ponorogo Mampu Berikan Layanan Pendidikan Gratis

Ponorogo, Ditjen Vokasi - Inovasi insan vokasi menghasilkan solusi. Salah satunya adalah seperti pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik cair dan padat yang dilakukan di Teaching Factory (Tefa) SMK 1 Pemda Ponorogo, Jawa Timur. Tidak hanya mampu menjawab solusi masalah pencemaran lingkungan, produksi pupuk organik dan padat ini juga dapat meringankan biaya pendidikan bagi  siswa kurang mampu serta mendorong pemberdayaan masyarakat sekitar secara ekonomi.


Kepala SMK 1 Pemda Ponorogo, Didik Eko Suryanto, mengatakan bahwa sekolahnya mencoba untuk menciptakan pendidikan gratis utamanya bagi para siswa dari keluarga tidak mampu dengan memanfaatkan potensi sekolah melalui pengolahan limbah kotoran sapi.


“Produk pupuk organik cair dan padat  kami dijual kepada petani lokal dan masyarakat di sekitar sekolah dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan pupuk kimia. Hasil dari penjualan pupuk ini digunakan sebagai sumber pendapatan sekolah yang kemudian disalurkan untuk menyubsidi biaya sekolah sehingga sekolah dapat memberikan pendidikan gratis bagi siswa yang kurang mampu,” ujar Didik.


Proses pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik ini dilakukan di fasilitas Tefa yang sudah dilengkapi dengan teknologi sederhana untuk fermentasi kotoran sapi. Program pengolahan limbah ini juga dimasukkan ke dalam kurikulum SMK sebagai bagian dari pembelajaran berbasis projek atau project-based learning (PBL) di bawah Kurikulum Merdeka.


“Melalui kegiatan ini, siswa dapat belajar langsung mengenai proses pengolahan limbah, mulai dari pengumpulan kotoran sapi, fermentasi, hingga produksi pupuk. Mereka juga dilibatkan dalam pemasaran produk hasil pengolahan tersebut. Ini tidak hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga mengajarkan kewirausahaan,” tambah Didik.


Pihak sekolah juga menjalin kerja sama dengan para peternak sapi di sekitar sekolah untuk memastikan pasokan limbah kotoran sapi secara teratur. Selain itu, kepala sekolah juga mencari dukungan dari pemerintah daerah dan Lembaga Pendidikan Maarif NU untuk bantuan teknis dan pelatihan mengenai teknologi pengolahan limbah. 



“Untuk alat pengolahan kami dapat dari bantuan lembaga non-profit yang peduli terhadap lingkungan,” ujar Didik.


Masih menurut Didik, selama ini sekitar 14 ton limbah kotoran sapi dari peternakan dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan yang tepat setiap harinya. Hal ini menimbulkan dampak negatif pada kesehatan lingkungan dan warga. 


Inovasi yang dilakukan SMK 1 Pemda Ponorogo ini berhasil mengurangi pencemaran di sungai sekitar Waduk Bendo. Air sungai dan waduk pun menjadi lebih bersih dan kualitas air meningkat.


“Kami berharap inisiatif ini dapat menjadi contoh bagi sekolah lain untuk berinovasi dalam memanfaatkan sumber daya lokal dan menciptakan dampak sosial yang besar,” pungkas Didik. (SMK 1 Pemda Ponorogo/Nan/Cecep)