Dari PBL Mahasiswa Politani Samarinda Ubah Jelantah Jadi Sabun Cuci Piring Ramah Lingkungan
Samarinda, Ditjen Vokasi - Insan vokasi dituntut untuk terus kreatif mengembangkan inovasi. Melalui project based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek, mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Politani Samarinda) pun berinovasi dengan membuat sabun cuci piring dari bahan minyak bekas atau jelantah.
Sabun cuci piring inovatif inovasi mahasiswa Politani Samarinda ini tidak hanya mampu menyelesaikan persoalan limbah minyak jelantah, tetapi juga lebih ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami.
“Daur ulang minyak jelantah untuk diubah menjadi sabun adalah praktik yang mulai umum di berbagai negara, termasuk di Indonesia dan di Politani Samarinda yang mulai banyak dikembangkan,” kata ketua kelompok tim sabun cuci piring berbahan minyak jelantah, Wanti.
Selain Wanti, sejumlah mahasiswa lainnya juga tergabung dalam proyek ini. Mereka adalah Ikmal Muhdin, Anton Prayitno, Ulfia Nur Sabina, Rani Amdani Rahman, dan Ferry Fauzan Halim. Mereka merupakan mahasiswa Program Studi Pengelolaan Lingkungan, Jurusan Lingkungan dan Kehutanan. Pengembangan sabun cuci piring dari minyak jelantah tersebut dilakukan di bawah bimbingan Haryatie Sarie selaku dosen pembimbing.
Menurut Wanti, selama ini penggunaan minyak jelantah secara langsung dalam masakan dan pembuatan makanan lainnya tidak hanya tidak sehat, tetapi juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut utamanya saat dibuang begitu saja ke dalam saluran pembuangan air.
“Padahal limbah minyak jelantah sebenarnya merupakan salah satu jenis limbah yang dapat didaur ulang dan diubah menjadi bahan yang lebih berguna dan dapat dimanfaatkan kembali dalam kehidupan sehari-hari,” kata Wanti.
Dalam pembuatannya, minyak jelantah yang sebelumnya hanya dianggap sebagai limbah kemudian diolah kembali dan digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan sabun cuci tangan.
“Sabun cuci dari limbah minyak jelantah juga memiliki keunggulan lain, yaitu lebih mudah terurai secara alami sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, sabun cuci ini juga dapat memberikan manfaat bagi kulit karena terbuat dari bahan alami tanpa bahan kimia berbahaya,” tambah Wanti.
Lebih lanjut, Wanti mengatakan bahwa penggunaan sabun cuci dari limbah minyak jelantah juga dapat membantu membentuk perilaku ramah lingkungan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar kita.
Dari sisi ekonomi, lanjut Wanti, kegiatan tersebut juga untuk memanfaatkan limbah jelantah untuk membuat sabun adalah usaha yang dapat dilakukan dengan nilai tambah ramah lingkungan. Melalui pengumpulan, pengolahan, dan pemanfaatan kembali limbah minyak bekas tersebut dapat menghasilkan produk baru yang bernilai tambah dan lebih bersih.
Limbah yang dikumpulkan dan diproses dengan cara tertentu akan menghasilkan sabun yang ramah lingkungan dan bernilai tambah bagi masyarakat. Selain itu, usaha yang berbasis daur ulang juga memiliki potensi pasar yang luas karena kini banyak masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.
“Inovasi produk ramah lingkungan dapat membantu mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan membantu dalam upaya menjaga bumi kita,” tambah Wanti.
Proses pembuatan sabun dari limbah jelantah melibatkan beberapa tahap, yaitu persiapan bahan, proses pencampuran, pengadukan, proses pemotongan dan pembentukan, pengeringan, dan pengemasan. "Untuk proses pembuatan sabun yang baik, disarankan menggunakan teknologi dan bahan baku yang tepat dari sumber yang terpercaya," ujar Wanti.
Meskipun dikerjakan dengan skala mahasiswa, pengolahan limbah minyak jelantah menjadi sabun ini tetap memperhatikan kontrol mutu yang ketat untuk menjamin kualitas produk. "Selain dapat mengurangi limbah minyak jelantah di lingkungan, pembuatan sabun dari limbah minyak jelantah ini juga dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat untuk menambah penghasilan keluarga. Pasalnya, proses pembuatanya relatif mudah," Wanti menambahkan.
Untuk menghasilkan sabun dengan kualitas yang baik dan aman digunakan, Wanti mengingatkan bahwa proses pengolahan limbah minyak jelantah menjadi sabun harus memperhatikan cara pengolahan yang higienis, rasio sodium hidroksida dan minyak jelantah yang tepat, pemilihan bahan dan alat yang aman serta perhatian terhadap kontrol mutu dan aspek kesehatan.
Masyarakat juga tidak hanya memanfaatkan limbah minyak di dapur sendiri saja, tetapi juga bisa memanfaatkan sumber-sumber minyak bekas lainnya, seperti hotel, restoran, dan sebagainya. (Politani Samarinda/Nan/Cecep)