Dari Merauke, SMK PK Kembangkan Potensi Lokal
Merauke, Ditjen Vokasi - Hadirnya program SMK Pusat Keunggulan (PK) yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek memberikan dampak baik bagi sekolah maupun masyarakat sekitar. Melalui bantuan program inilah, sebuah sekolah di tanah Papua, yakni SMKN 4 Merauke yang terletak di Kampung Kube, Distrik Marind, menjadi rujukan bagi masyarakat yang berwirausaha.
Kepala SMKN 4 Merauke, Hariyati, mengatakan bahwa pembelajaran yang diterapkan di SMKN 4 Merauke disesuaikan dengan potesi lokal yang ada. Terlebih, SMKN 4 Merauke merupakan sekolah yang memiliki jurusan di bidang pertanian sehingga dapat mengoptimalkan sumber daya alam (SDA) yang ada di wilayah tersebut.
Dalam implementasinya, tambah Haryati, tidak hanya siswa yang dilibatkan dalam prosesnya, tetapi juga orang tua maupun masyarakat sekitar. “Selama ini warga itu langsung menjual gabah ke penggilingan. Akan tetapi, kami kini mengenalkan siswa untuk bisa memberi nilai tambah pada penjualan beras yang dikemas karung,” tuturnya.
Terlebih, melihat pada umumnya orang tua siswa memiliki sawah yang ditanami padi, SMKN 4 Merauke lantas menangkapnya sebagai peluang yang dapat dikembangkan guna meningkatkan produktivitas serta meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Hal itu membuat sekolah mengajak siswa untuk bekerja sama mengolah hasil sawah orang tuanya ke sekolah, kemudian dikemas dalam karung yang diberi cap beras SMK.
Tidak hanya komoditas padi, SMKN 4 Merauke juga mengoptimalkan potensi lokal, yakni banyaknya pohon kelapa di wilayah tersebut. Guru SMKN 4 Merauke, Rizky Adisaputra, mengatakan bahwa pohon kelapa banyak ditemui di wilayah tersebut. Akan tetapi, masyarakat masih banyak yang belum mengoptimalkannya. Oleh karena itu, SMKN 4 Merauke memproduksinya menjadi virgin coconut oil (VCO).
“Hasil penjualannya bisa dua kali lipat dari minyak kelapa. Masyarakat pun sudah mulai tertarik untuk belajar. Beruntung, sekolah mendapat bantuan mesin untuk pengolahan VCO skala industri kecil,” jelasnya.
Sebagai SMK PK, pemerintah juga hadir guna membantu memenuhi kebutuhan sekolah, termasuk pada kelengkapan mesin-mesin yang dibutuhkan. Hal itu dibenarkan oleh Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pembinaan SMK, Dinas Pendidikan Provinsi Papua, Imam Subekti. Imam mengatakan bahwa pendidikan vokasi di SMK berpotensi untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengoptimalkan SDA dan potensi lokal yang ada sehingga dapat mengembangkan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Masyarakat memiliki kesempatan yang terbuka untuk mendapatkan pengetahuan dan melatih keterampilan. Nantinya, diharapkan masyarakat bisa lebih mampu bekerja dan membuka usaha sesuai potensi ekonomi lokal,” ujar Imam.
Sebagai informasi, program SMK PK juga kian berkembang. Bahkan, kini SMK PK diadakan dengan skema pemadanan dukungan. Artinya, industri juga dilibatkan dalam mengembangkan ekosistem pendidikan vokasi di SMK.
Direktur SMK, Wardani Sugiyanto, menegaskan bahwa industri yang dilibatkan tidak hanya industri besar, tetapi juga industri kecil atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). “Pemerintah sudah menyiapkan skema dukungan yang memungkinkan bagi UMKM untuk terlibat dalam program tersebut, yakni dengan menentukan minimal investasi dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk satu SMK sebesar Rp200 juta. Tak hanya itu, SMK juga bisa mengajukan lebih dari satu mitra jika ingin mengikuti program tersebut,” tegasnya.
Wardani menambahkan, hal itu guna membuat kehadiran SMK bisa menggerakkan perekonomian daerah dengan melibatkan industri dalam pendidikan vokasi. (Diksi/Tan/AP)