Buka LPK, Alumnus SMK Baruna Dukuhwaru Berangkatkan Lebih dari 200 Pekerja ke Jepang

Buka LPK, Alumnus SMK Baruna Dukuhwaru Berangkatkan Lebih dari 200 Pekerja ke Jepang

Tegal, Ditjen Vokasi – Setiap orang pasti berkeinginan untuk memiliki pekerjaan yang hasilnya menjanjikan. Saat ini, bekerja di luar negeri menjadi impian banyak orang. Arif Yulianto, alumnus SMK Baruna Dukuhwaru, Tegal tahun 2013 sukses berangkatkan lebih dari 200 pekerja untuk bekerja di luar negeri.


Arif mengawali kariernya dengan mengikuti program Technical Intern Training bidang perikanan di Jepang pada tahun 2014 hingga 2017. Setelah dirasa cukup bekerja di negeri Sakura, Arif memutuskan pulang ke Indonesia dan melanjutkan kariernya di salah satu perusahaan pengirim pemagangan ke Jepang.


Ilmu-ilmu yang ia dapatkan sejak bekerja di Jepang dan di Indonesia kemudian ia terapkan untuk mengembangkan dirinya. Pada tahun 2019 Arif memutuskan untuk berwirausaha dengan mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) PT Indonesia Bina Mandiri untuk program pelatihan Bahasa Jepang dan Bahasa Korea.




Pendirian LPK ini dilatarbelakangi oleh keinginan Arif memperkenalkan program kerja ataupun magang ke Jepang kepada adik kelas dan masyarakat umum.


“Awalnya saya berkeinginan untuk menyosialisasikan dan memberi pengertian kepada masyarakat bahwa ada alternatif karier yang bisa dituju selain dari berkarir di dalam negeri. Berbekal pengetahuan Bahasa Jepang dan pengalaman kerja yang saya dapatkan selama tiga tahun, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka LPK ini,” tutur Arif.


Seperti pepatah hasil tidak akan menghianati usaha, pada awal pendirian LPK ini hanya memiliki dua siswa saja. Hal ini tidak membuatnya patah semangat, berbagai upaya dilakukan untuk mengembangkan usahanya ini. Saat ini LPK PT Indonesia Bina Mandiri memberangkatkan lebih dari 200 siswa ke Jepang.


“Kami menjalin kerja sama dengan sekolah untuk perekrutan dan sosialisasi program. Terlebih LPK kami tidak hanya mengajarkan terkait Bahasa Jepang tetapi juga menuntun peserta didik hingga ikut wawancara dengan perusahaan Jepang. Saat ini sudah ada 300 siswa yang terekrut yang rencananya akan mengikuti diklat di lembaga kita,” ucap Arif.




Biaya yang dipatok pun cukup terjangkau, setiap siswa cukup mengeluarkan biaya sebesar 7 juta.


“Dari 7 juta ini siswa sudah mendapatkan berbagai fasilitas seperti asrama 3 bulan, asuransi kesehatan 3 bulan, seragam, modul belajar, pra medical check up, pendampingan dan pengenalan dengan perusahaan Jepang,” tutur Arif.


Rata-rata siswa akan belajar selama tiga bulan dengan jaminan sampai anak berangkat ke Jepang.  Apabila selama tiga bulan siswa belum berangkat, siswa hanya dikenakan biaya asrama dan tidak dikenakan biaya pelatihan.


Sukses mengembangkan LPK di Tegal, tidak membuat Arif berpuas diri. Pada tahun 2020 Arif mendirikan LPK untuk program pelatihan Bahasa Jepang di Malang, Jawa Timur.


“Begitu panjang perjalanan yang sudah dilalui, jatuh bangun saya rasakan. Semoga dengan adanya LPK ini bisa membantu anak-anak di Indonesia untuk mencapai cita-citanya yakni bekerja di luar negeri,” pungkas Arif. (Aya/Cecep)