BORTIKS, Inovasi Mahasiswa Polinema untuk Keamanan dan Kehalalan Pangan

BORTIKS, Inovasi Mahasiswa Polinema untuk Keamanan dan Kehalalan Pangan

Malang, Ditjen Vokasi - Indonesia memiliki potensi halal tourism yang tinggi dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Untuk mendukung pengembangan industri halal tourism tersebut, mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) mengembangkan inovasi dengan menciptakan alat BORTIKS, yakni sebuah teknologi pendeteksi babi, boraks, formalin, dan pewarna tekstil pada makanan. 


Pengembangan BORTIKS dilakukan oleh tim mahasiswa yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta Polinema. Tim tersebut terdiri atas Nita Uswatun Chasanah Fauziah (Prodi D-3 Teknik Kimia), Putra Muara Siregar (Prodi D-3 Teknik Kimia), Pranda Prasetyo (Prodi D-4 Teknik Elektronika), dan Adian Ilham Ramadhan (Prodi D-3 Teknik Telekomunikasi). Pengembangan inovasi tersebut dilakukan di bawah bimbingan dosen, Christyfani Sindhuwati. 


Ketua tim BORTIKS, Nita Uswatun Chasanah Fauziah, mengatakan bahwa inovasi BORTIKS yang mereka kembangkan sebenarnya awalnya dilatarbelakangi oleh kondisi pandemi Covid-19. Perbaikan ekonomi di masa pandemi menyebabkan persaingan pasar meningkat. 


"Penjual makanan tidak ingin dirugikan oleh kerusakan produk, yang memicu potensi adanya kecurangan dalam penjualan makanan dengan menggunakan pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin,” jelas Nita. 


Pengembangan BORTIKS dilakukan di ruang laboratorium kimia dasar dan analisa instrumental untuk melakukan desain dan pembuatan alat. 


Sementara itu, Christyfani Sindhuwati berharap inovasi BORTIKS dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Bagi akademik, BORTIKS memberikan inovasi baru dalam pembuatan alat uji tes kehalalan makanan yang sehat. Bagi pemerintah, inovasi ini menambah ide dan solusi dalam membangun halal tourism dan mengatasi penyebaran makanan mengandung babi, boraks, formalin, dan pewarna tekstil.


“BORTIKS juga membantu masyarakat untuk menghindari dari makanan yang haram dan berbahaya,” kata Christyfani. (Polinema/Nan/Cecep Adi Sutrisno)