Batik Mantika, Produk Unggulan Teaching Factory SMKN 3 Kota Bima

Batik Mantika, Produk Unggulan Teaching Factory SMKN 3 Kota Bima

Bima, Ditjen Vokasi – Imbas baik dari program SMK Pusat Keunggulan nyatanya sangat dirasakan dalam berbagai sektor. Selain kualitas pada sektor pendidikan yang meningkat, imbas baik ini juga merambah pada pelestarian warisan nusantara, salah satunya kain batik.

SMKN 3 Kota Bima merupakan salah satu sekolah penerima program SMK PK di tahun 2021. Sama seperti SMK yang lain, SMKN 3 Kota Bima menyambut baik bantuan program pendidikan ini guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya pendukungnya. 

Saat berbicara mengenai SMK PK, tak lengkap rasanya jika tidak disertai dengan teaching factory (Tefa). Kepala SMKN 3 Kota Bima, Jainuddin, mengatakan bahwa kegiatan Tefa di sekolah sudah berjalan dengan baik dan sudah mengarah ke standar industri sehingga produk-produk yang dihasilkan sangat layak untuk dipasarkan. 

“Kami ini punya produk Tefa unggulan di berbagai bidang. Misalnya batik dari bidang seni ekonomi kreatif dan kuliner pangan lokal dari bidang tata boga, semuanya berjalan dengan baik,” tutur Jainuddin.

Nah, salah satu produk yang menjadi unggulan di SMKN 3 Kota Bima ialah Batik Mantika. Batik Mantika merupakan batik lokal yang dibuat oleh SMKN 3 Kota Bima. Pembuatan Batik Mantika ini dilatarbelakangi oleh potensi keanekaragaman kebudayaan yang ada di Kota Bima sehingga motif-motif yang dilukiskan pun berasal dari kebudayaan Kota Bima sendiri. 


Motif kain yang dilukiskan oleh SMKN 3 Kota Bima sangat beragam, di antaranya motif Uma Lengge (rumah adat Bima), Cila Mboko (senjata tradisional Bima berupa parang), Bunga Satako (bunga setangkai), Buah Loka (buah khas yang tumbuh di dataran Bima), dan motif Bawang Merah. Setiap motif yang dilukiskan ini memiliki makna simbolik yang kental dengan kehidupan.

“Lahirnya Batik Mantika memberikan warna tersendiri terhadap identitas sekolah dan daerah. Selain itu dengan lahirnya Batik Mantika diharapkan dapat mendorong lahirnya UKM-UKM baru yang bergerak di bidang batik dengan mengangkat dan memperkenalkan motif kearifan lokal daerah Bima,” tutur Jainuddin.

Pembuatan Batik Mantika menggunakan dua teknik yakni teknik canting dan teknik cap. Pewarna yang digunakan dalam batik ini menggunakan pewarna alam dan pewarna sintetis. Proses pembuatan selembar kain batik ini memakan waktu yang berbeda-beda menyesuaikan tingkat kerumitannya.

Tidak hanya memproduksi kain batik saja, SMKN 3 Kota Bima juga membuat inovasi produk lain dengan mengombinasikan kain produksinya sendiri, seperti tas, topi, sepatu, mukenah, sajadah, dan lainnya. Produk-produk yang telah selesai dibuat kemudian dipasarkan secara offline melalui gerai yang dibuka di sekolah. Harga yang dipatok pun bervariasi dan sangat terjangkau.

Kain batik tulis pewarna alam dibanderol dengan harga 300 ribu, batik tulis pewarna sintetis dihargai 250 ribu, batik cap pewarna alam dijual dengan harga 200 ribu, dan batik cap pewarna sintetis dipatok dengan harga 150 ribu. Hasil penjualan dari produk-produk tefa tersebut kemudian diolah oleh unit produksi dan jasa (UPJ) SMKN 3 Kota Bima.

Pembeli produk Batik Mantika pun sangat beragam, mulai dari masyarakat, sekolah, instansi pemerintah, dan industri seperti Rakhanza Collection dan Win’z Collection. Menurut Jainuddin, SMKN 3 Kota Bima akan terus berinovasi untuk menghasilkan produk-produk lainnya dengan tetap membawa kearifan lokal yang ada di daerah Bima.

“Kita harus pahami bersama kalau kita bicara batik berarti bicara nilai kekayaan kebudayaan Indonesia yang harus terus kita lestarikan bersama, bukan kita bicara suku tertentu tapi bicara Indonesia yang setiap daerahnya memiliki potensi yang bermacam-macam. Oleh karena itu, kita akan terus melakukan inovasi-inovasi yang harapannya bisa lebih baik lagi,” pungkas Jainuddin. (Aya/Cecep Somantri)