Bangkit dari Titik Terendah, Putri Kini Jadi MUA Beromzet Ratusan Juta
Cimahi, Ditjen Vokasi - Setiap orang memiliki pasang surut kehidupan, begitu pun dengan Putri (29), ibu rumah tangga asal Cimahi, Jawa Barat. Ia bermimpi memiliki kehidupan yang lebih baik karena pada tahun 2019, ekonomi rumah tangganya sedang diuji. Suami Putri tidak bekerja dan ia sudah memiliki tiga anak kecil sehingga membutuhkan biaya hidup yang besar.
Pada awalnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia berusaha agar dapurnya tetap mengepul dengan menjual paket skincare milik temannya. Namun, ia hanya mendapatkan keuntungan senilai Rp30.000,00 per paket yang ia jual.
“Saya paling banyak menjual 7 paket dan cuma mendapatkan keuntungan Rp210.000,00 saja. Itu pun gak setiap bulan,” tutur Putri.
Ia merasa bahwa uang tersebut pun tidak cukup membantu perekonomian keluarganya. Lalu, keinginannya untuk bangkit membawa ia mengembangkan keterampilan ke Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Rifa, Cimahi, Jawa Barat.
Tanpa mempunyai keterampilan dasar make up dan hanya memiliki alat make up sederhana, ia mengikuti program kursus tata rias pengantin pada awal tahun 2019 selama tiga bulan. Setelah itu, ia langsung mengikuti program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) 2019 pada bulan Agustus yang diinisiasi oleh Direktorat Kursus dan Pelatihan untuk bidang gaun panjang pengantin secara gratis.
“Hari pertama ikut kursus tata rias, saya merasa insecure. Peserta lain membawa alat make up lengkap, sementara saya hanya berbekal pouch alat make up kecil dan make up sisa hantaran ketika saudara saya nikah,” tutur Putri.
Rasa insecure yang Putri rasakan tidak bertahan lama karena ia mendapatkan dorongan untuk tetap semangat dan diberikan motivasi melalui pembelajaran. LKP Rifa memberikan fasilitas penuh kepada Putri yang tidak memiliki modal untuk membeli alat make up. Begitu pun ketika pembelajaran gaun panjang pengantin, Putri diberikan arahan bagaimana menghias gaun pengantin dan menata rambut pengantin. Mulai saat itu, Putri pun mulai keluar dari masa terpuruknya.
Putri bercerita, “Bunda Rifa mati-matian mendukung saya secara penuh. Bahkan, beliau ikut memperjuangkan sertifikasi saya dengan menalangi biaya pendaftaran terlebih dahulu.”
Pembelajaran yang dilakukan selama kurang lebih satu tahun untuk kedua bidang tersebut membuat Putri mempunyai bekal keterampilan dalam rias dan gaun pengantin. Putri terus diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilannya dengan mengikuti magang dan menjadi asisten makeup artist (MUA). Kariernya di bidang tata rias pun terus berlanjut setelah program PKW 2019 selesai dengan membuka wedding organizer @Xavierwedding.
Putri memanfaatkan dana dari program PKW 2019 untuk menambah persedian gaun pengantin dan alat make up. Putri juga merasa bahwa menjadi asisten MUA pada waktu magang dapat membuka peluangnya untuk mendapatkan klien. Belum lagi LKP tempatnya kursus sering memberikan rekomendasi kepada orang-orang agar memilih Xavier Wedding sebagai MUA.
Hingga kini, ia berhasil meraih pendapatan terbesar yaitu Rp100 juta. Uang tersebut diraih dari banyaknya klien yang percaya kepada Putri. Apalagi ketika sedang musim pernikahan, dalam satu hari ia bisa merias 2-3 pengantin di tempat yang berbeda-beda. Pendapatannya pun ia gunakan bukan hanya untuk pribadi, tetapi juga untuk pemeliharaan alat rias, gaun pengantin, serta dekorasi.
“Alhamdulillah, saya sudah mempunyai galeri dan alat make up sendiri, bahkan juga menyediakan jasa dekorasi pengantin,” tutur Putri.
Bukan hanya menguasai teknik rias pengantin Sunda, Putri pun menerima klien dari adat di luar Sunda, seperti rias pengantin Minang, Palembang, serta Jawa. Keahliannya dalam menguasai tata rias pengantin daerah pun ia perdalam di program reguler yang ada di LKP Rifa.
Putri yakin bahwa rezekinya yang ia peroleh sekarang pun hanya titipan. Ia pun pernah merias pengantin secara gratis di tahun 2022. Pada saat itu, ia menjadi perias salah satu pasangan yang benar-benar tidak mampu. Namun, berkat Putri, pasangan tersebut bisa tampil memukau dengan riasan dan gaun pengantin.
Setelah lulus, Putri juga berkontribusi besar kepada almamaternya, LKP Rifa. Ia menjadi salah satu mitra UMKM yang ada di LKP tersebut. Putri juga menjadi instruktur praktisi untuk membantu peserta didik di LKP dan selalu menerima program pemagangan untuk peserta didik.
Cerita tentang Putri mungkin kedengarannya terlalu indah dengan melihat keberhasilannya dan perubahan yang luar biasa dalam hidupnya sekarang. Namun, itu semua berkat kerja keras dan keberaniannya untuk memulai dari nol, dimulai dari langkah sederhana yaitu kursus.
LKP Rifa Fokus Melahirkan Perias Andal
Salah satu tujuan dari pendidikan vokasi adalah melahirkan sumber daya unggul berstandar industri serta wirausahawan yang sukses. Itu juga lah yang menjadi dasar tujuan dari pendirian LKP Rifa yang dibangun oleh Bunda Rifa.
Bunda Rifa merupakan perias senior dan sudah menggeluti bidang tata rias pengantin selama kurang lebih 30 tahun. Pada 2008, ia pun mendirikan LKP Rifa agar menciptakan lebih banyak perias.
Sampai tahun ini, LKP Rifa sudah mempunyai alumni yang mencapai 500 orang dan tersebar bukan hanya di Cimahi, tetapi juga di luar pulau Jawa. Lulusannya saat ini banyak bekerja di bidang kecantikan, menjadi MUA, wedding organizer, salon, serta hair stylist. Salah satu lulusan LKP Rifa yang sukses adalah Putri.
Menurut Wakil Pengelola LKP Rifa, Uci, kegigihan Putri sangat membuahkan hasil. Ia mengatakan bahwa Putri adalah sosok alumni from zero to hero. Ia tidak memiliki basic make up, tetapi memiliki kepribadian yang mau belajar dan bersungguh-sungguh.
“Putri merupakan alumni kebanggan dari LKP Rifa, makanya kami sering menjadikan dia sebagai contoh model agar peserta didik di LKP menjadi lebih semangat,” ujar Uci.
Dalam membantu peserta didik, LKP Rifa mengupayakan segala hal agar pembelajaran tetap adaptif sesuai perkembangan zaman. Misalnya adalah dengan mendorong semangat belajar peserta didik serta memberikan materi rias sesuai dengan tren masa kini. LKP ini pun rutin mengikuti program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) ataupun program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKW) dari Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, khususnya untuk keterampilan tata rias pengantin (TRP) dan gaun panjang pengantin.
Uci menyampaikan bahwa upaya yang sudah dilakukan Kemendikbudristek pun sudah sangat baik untuk membantu peserta didiknya. Hanya saja, ia berharap kepada masyarakat bahwa jangan lagi menganggap sebelah mata pendidikan vokasi nonformal seperti LKP.
“Lulusan LKP itu bisa membuka bisnis dan siap terjun ke industri. Jadi, alumninya pun turut memberikan kontribusi besar,” tutur Uci. (Zia/Cecep)