Bahan Baku Melimpah, SMKN 1 Tapung Hulu Olah Buah Nanas dan Jeruk menjadi Minuman Probiotik Kekinian
Kampar, Ditjen Vokasi - Kehadiran minuman kekinian berbasis potensi lokal tidak hanya menjadi peluang bisnis, tetapi juga sebuah langkah positif dalam melestarikan budaya dan warisan lokal.
Sebagaimana kita ketahui, Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA), baik hewani maupun nabati. Semua sumber daya tersebut akan memberikan kesejahteraan apabila diolah dan dikelola sebaik mungkin. Salah satu pemanfaatan SDA yang baik ialah dengan mengolah potensi lokal menjadi produk yang bermanfaat.
Kabupaten Kampar, Riau menjadi salah satu wilayah yang kaya akan buah-buahan khususnya jeruk dan nanas. Akan tetapi, kekayaan SDA tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik. Alhasil banyak buah-buahan yang busuk sia-sia.
SMKN 1 Tapung Hulu, Riau sebagai salah satu SMK pelaksana program SMK Pusat Keunggulan (PK) berkewajiban untuk bisa mendukung pengembangan kearifan lokal pada sektor pembangunan ekonomi. Pengembangan kearifan lokal ini yang nantinya akan menggerakan roda perekonomian masyarakat dan menumbuhkan minat kewirausahaan peserta didik untuk menjadi wirausaha yang kreatif.
Guru Jurusan Jurusan Agroteknologi Pengolahan Hasil Pertanian, SMKN 1 Tapung Hulu, Feby Andini, menyampaikan bahwa untuk menghadapi persaingan dunia kerja yang semakin ketat, para siswa tidak hanya dibekali kompetensi sesuai bidang saja, tetapi para siswa juga perlu dibekali materi kewirausahaan.
“Pasar kerja semakin ketat. Kita tidak bisa menunggu untuk menerima panggilan dari perusahaan. Kalau kita bisa menyediakan tempat kerja itu jauh lebih baik. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini kami ingin mengantarkan para siswa menjadi wirausahawan yang sukses,” ucap Dini.
Menyikapi banyaknya buah-buahan yang terbuang, SMKN 1 Tapung Hulu pun mengambil sikap dengan mengolahnya menjadi produk baru bernilai jual. Melalui Jurusan Agroteknologi Pengolahan Hasil Pertanian, para siswa mengolah buah nanas dan jeruk menjadi minuman probiotik kekinian yang bagus untuk kesehatan.
Pengolahannya pun cukup mudah karena bahan baku utama yang telah didapatkan dari masyarakat cukup difermentasi dengan bahan-bahan pendukungnya. Proses fermentasi memakan waktu 3—5 hari. Setelah melewati proses fermentasi, minuman probiotik tersebut dikemas ke dalam wadah. Minuman probiotik yang diberi merek ini kemudian dipasarkan ke masyarakat langsung ataupun melalui swalayan dan toko pusat oleh-oleh di wilayah Riau.
“Manfaat dari produk ini cukup banyak salah satunya menjaga daya tahan tubuh. Selain itu, kami juga mendapatkan manfaat dari pembuatan produk ini yakni kami belajar melihat peluang usaha dari potensi lokal. Semoga kami bisa menjadi pengusaha yang baik dan produktif,” ucap Muhammad Rafiansyah, siswa Jurusan Agroteknologi Pengolahan Hasil Pertanian. (Aya/Cecep)