Bahan Baku Melimpah, SMKN 1 Bone Raya Produksi Olahan Abon Cumi-cumi

Bahan Baku Melimpah, SMKN 1 Bone Raya Produksi Olahan Abon Cumi-cumi

Bone Bolango, Ditjen Vokasi – Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah satunya ialah hasil kelautannya. Dalam upaya memanfaatkan sumber daya laut yang melimpah di wilayah Bone Raya, Gorontalo, SMKN 1 Bone Raya, Bone Bolango, Gorontalo pun menciptakan produk abon dengan berbahan dasar cumi-cumi.


Abon cumi-cumi ini terbuat dari cumi-cumi segar yang merupakan hasil tangkapan nelayan setempat. Proses produksinya dilakukan oleh siswa Kompetensi Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP). 


Untuk menghasilkan abon yang lezat, terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan, mulai dari pemilihan bahan baku berkualitas, teknik pengolahan yang higienis, pembersihan cumi-cumi, pemasakan dengan bumbu khas, pengeringan hingga pengemasan produk akhir. 


Abon cumi-cumi memiliki beberapa keunggulan, di antaranya adalah rasa yang khas, kaya protein, dan daya simpan yang lama. Produk ini juga diolah tanpa menggunakan bahan pengawet buatan sehingga lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi. Selain itu, pengolahan cumi-cumi menjadi abon membantu mengurangi pemborosan bahan baku laut yang sering kali berlebih.


Kepala SMKN Bone Raya, Mahmud S. Ahaya, menuturkan bahwa awalnya pembuatan abon ini hanya untuk persiapan lomba kreativitas siswa. Akan tetapi, setelah dipublikasikan ke media sosial, ternyata mendapatkan sambutan positif dari masyarakat sehingga banyak pesanan yang masuk. Selain itu, pengolahan cumi-cumi menjadi produk baru ini juga bertujuan untuk memberikan nilai tambah pada hasil tangkapan laut dan untuk mengembangkan keterampilan kewirausahaan para siswa. 


“Kami melihat potensi besar dari cumi-cumi yang melimpah di sini dan kami ingin memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi. Selain itu, projek ini juga membantu mengangkat perekonomian lokal dengan meningkatkan daya saing produk daerah,” ujar Mahmud. 


Sementara itu, Sarton Abdullah, guru Kompetensi Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) menuturkan bahwa saat ini penjualan abon suntun memanfaatkan media sosial. Selain itu, sekolah juga sedang menjajaki peluang kerja sama dengan beberapa supermarket dan toko oleh-oleh untuk memasarkan abon suntun secara luas. Keberhasilan projek ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menginspirasi siswa untuk lebih mencintai produk lokal dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian sumber daya alam.


“Dengan mengolah hasil laut yang melimpah menjadi produk bernilai tinggi mereka dapat berperan dalam pembangunan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan,” ujar Sarton. (Aya/Cecep)