Anak Vokasi Harus Ambil Peran Industri Digital!

Jakarta, Ditjen Diksi -- Pertumbuhan industri dan ekonomi digital Indonesia diprediksi akan cerah di masa depan. Seiring dengan hal itu, Indonesia diperkirakan memerlukan 17 juta tenaga ahli digital pada 2030. Kondisi ini menjadi kesempatan bagi talenta-talenta digital lulusan pendidikan vokasi untuk memanfaatkan momentum tersebut.

 

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, saat berbicara pada webinar “Menyiapkan Jutaan Talenta Digital” mengatakan, peluang lulusan vokasi untuk bisa mengambil peran dalam industri digital dan menumbuhkan ekonomi digital tanah air sangatlah tinggi.

 

Menurut Wikan, saat ini Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi memiliki banyak satuan pendidikan dengan kompetensi keahlian yang terakit erat dengan industri digital, mulai dari SMK, akademi komunitas, politeknik, hingga kursus-kursus yang mengajarkan kompetensi keahlian digital sebagai modal untuk terjun ke industri digital.

 

“Kita punya modal yang cukup besar. Kita punya SMK rekayasa perangkat lunak (RPL), teknik komputer jaringan (TKJ), digital marketing, multimedia, desain komunikasi visual (DKV), dan sebagainya,” kata Wikan.

 

Meski demikian, menurut Wikan, modal yang cukup besar di atas tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada terobosan dalam kurikulum serta metode pembelajaran yang adaptif terhadap perkembangan era digital. “Kalau lulusannya hanya sekadar lulus, ya, tidak akan jadi talenta-talenta digital seperti yang kita perlukan,” ujarnya.

 

Maka dari itu, Wikan mendorong setiap sekolah untuk menerapkan project based learning (PBL) sebagai metode pembelajaran kepada siswa. Melalui hal itu, lulusan yang dihasilkan benar-benar merupakan talenta-talenta digital yang siap bersaing yang salah satunya dengan menghasilkan produk atau karya.

 

“Jadi, untuk menjadi talenta digital yang bisa memanfaatkan peluang industri dan ekonomi digital itu mereka harus bisa menciptakan produk yang nyata,” kata Wikan.

 

Wikan pun mencontohkan produk game yang saat ini memiliki potensi ekonomi cukup tinggi. “Dari game yang dimainkan adik-adik kita saja, itu nilai impornya sudah puluhan triliun. Kalau talenta-talenta digital kita mampu membuat game sendiri, kita tidak perlu lagi menjadi negara pengimpor game dan itu luar biasa potensinya,” terangnya.

 

Berdasarkan laporan SEA e-economy 2021, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia diperkirakan mencapai US$146 miliar pada 2025 mendatang atau naik 20 persen setiap tahunnya. Tak hanya itu, perkembangan industri digital juga akan melahirkan lapangan-lapangan pekerjaan baru yang semakin luas dan beragam serta gaji yang relatif lebih tinggi. (Diksi/Nan/AP/NA)